Sabtu, 09 November 2013

takhrij hadist



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang Masalah
Hadits yang dipahami sebagai pernyataan, perbuatan, persetujuan dan hal yang berhubungan dengan Nabi Muhammad saw. Dalam tradisi Islam, hadits diyakini sebagai sumber ajaran agama kedua setelah Al-Quran.
Disamping itu hadits juga memiliki fungsi sebagai penjelas terhadap ayat- ayat Al-Qur’an sebagaimana dijelaskan dalam QS: an-Nahl ayat 44
44. keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan,
[829] Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.
Hadits tersebut merupakan teks kedua, sabda-sabda nabi dalam perannya sebagai pembimbing bagi masyarakat yang beriman. Akan tetapi, pengambilan hadits sebagai dasar bukanlah hal yang mudah. Mengingat banyaknya persoalan yang terdapat dalam hadits itu sendiri. Sehingga dalam berhujjah dengan hadits tidaklah serta merta asal mengambil suatu hujjah yang semena-mena,
Tetapi adanya rentang waktu yang panjang antara Nabi dengan masa pembukuan hadits adalah salah satu problem. Perjalanan yang panjang dapat memberikan peluang adanya penambahan atau pengurangan terhadap materi hadits. Selain itu, rantai perawi yang banyak juga turut memberikan kontribusi permasalahan dalam meneliti hadits sebelum akhirnya digunakan dalam suatu dasar syari dalam agama.
1.2.            Rumusan Masalah
A.     Apa pengertian takhrij dalam hadis?
B.     Bagaimana sejarah takhrij?
C.     Apa tujuan dan faedahnya?
D.     Apa saja kitab yang diperlikan?
E.      Bagaimana metode takhrij?
F.      Bagaimana cara penelitian hadis?

BAB II
PEMBAHASAN
A.     PENGERTIAN TAKHRIJ HADIS
Takhrij menurut lughat berasal dari kata خَرَجَ , yang berarti ‘tampak’ atau ‘jelas’ . takhrij secara bahasa berarti juga berkumpulnya dua perkara yang saling berlawanan dalam satu persoalan, namun secara mutlak, ia diartikan oleh para ahli bahasa dengan arti ‘mengeluarkan’(al-istinbath),‘melatih’atau‘membiasakan’(at-tadrib),dan ‘menghadapkan’ (at-taujih).[1]
Takhrij menurut istilah adalah penunjukan terhadap tempat hadist di dalam sumber asli nya yang di jelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan.[2]
            Pengertian takhrij menurut ahli hadist yaitu:
1.      Usaha untuk mencari sanad hadist yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut.
2.      Suatu keterangan bahwa hadis dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunannya.
3.      Suatu  usaha mencari derajat sanad, matan, dan rawi hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun hadist.[3]
B.     SEJARAH TAKHRIJ HADIS
Penguasaan para ulama terdahuku terhadap sumber-sumber hadist begitu luas sehingga jika disebutkan suatu hadist mereka tidak merasa kesulitan untuk mengetahui sumber hadist tersebut. Etika semangat belajar mulai melemah, mereka kesulitan untuk menempatkatkan hadist yang digunakan sebagai rujukan hadist. Sebagian ulama bangkit dan memperlihatkan hadist-hadistdan kitab-kitab yang asi, menjelaskan metodenya, dan menerangkan kualitas, kuantitas sehingga muncullah kutub at-takhrij (buku-buku takhrij).
            Ulama yang pertama kali melakukan takhrij hadist adalah Al-khaththib Al-baghdadi, kemudian Muhammad bin musa alhazimi, ada juga ulama abu al-qasimi al-husaini dan abu alqasim al-mahwarani. Dalam perkembangan selanjutnya banyak sekali yang berupaya mentakhrijkan kitab-kitab dalam berbagi ilmu agama.
C.     TUJUAN DAN FAEDAH TAKHRIJ HADIST
Takhrij hadis bertujuan untuk mengetahui sumber asal hadis yang ditahkrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui ditolak atau diterimannya hadist-hadit tersebut. Dengan cara ini akan mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya memprhatikan kaidah-kaidah ulumul hadist yang berlaku sehingga hadist tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
Faedahnya yaitu:
·         Memberikan informasi bahwa suatu hadist termasuk hadist sahih, hasan atau daif setelah diadakannya penelitian suatu sanad, matan dan rawi.
·         Memeberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa hadisnya hadis maqbul atau sebaliknya dalam arti tidak maqbul.
·         Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. [4]
D.     KITAB-KITAB YANG DIPERLUKAN
Ada beberapa kitab yang diperlukan untuk melakukan takhrij hadist. Adapun kitab-kitab tersebut adalah:
1.      Hidayatul bari’ila tartibi Ahadisil Bukhari
Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman Ambar Al- Misri At- Tahtawi. Kitab ini disusun khusus untuk mencari hadis- hadis yang termuat dalam Shahih Al- Bukhari. Lafazh hadis disusun menurut aturan urutan huruf abjad Arab. Namun, hadis- hadis yang dikemukakan secara berulang dalam kamus di atas. Dengan demikian, perbedaan lafazh dalam matan hadis riwayat Al- Bukhari tidak dapat diketahui melalui kamus tersebut.
2.      Mu’jam Al- Fadzi wala Siyyama Al- Gariibu Minha atau Fuhris litartibi Ahaditsi Shahihi Muslim
Kitab tersebut merupakan salah satu juz, yakni juz ke-5 dari Kitab Shahih Muslim yang disunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz ke-5 ini merupakan kamus terhadap juz ke-1-4 yang berisi”
a.       Daftar urutan judul kitab, nomor hadis, dan juz yang memuatnya.
b.      Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang termuat dalam Shahih Muslim.           
c.       Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad serta menerangkan nomor- nomor hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari bila kebetulan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Bukhari.
3.      Miftahus Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhamad Syarif bin Mustafa Al-Tauqiah.  Kitab ini dapat digunakan untuk  mencari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Muslim. Akan tetapi,  hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini hnyalah hadis-hadis yang berupa sabda (qauliyah) saja. Hadis tersebut disusun menurut abjad dari awal lafazh matan hadis.
4.      Al-Bugyatu fi Tartibi Ahaditsi Al-Hilyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin Al-Sayyid Muhammad bin Sayyid Siddiq Al-Qammari. Kitab hadis tersebut memuat dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nuaim Al-Asabuni (w. 430 H)yang berjudul Hiyatul Auliyai wathabaqatul Asfiyai.
5.      Al-jamius shagir
Kitab ini disusun oleh imam jalaluddin as-suyuthi yang kutipannya terdapat dalam kitab jam”ul jawami”i. hadis ini disusun berdasarkan urutan abjad dari awal lafaz matan hadist. Kitab hadist tersebut juga meneragkan nama-nama sahabat nabi yang meriwayatkan hadist yang bersangkutan dengan nama mukharij nya atau periwayat hadistnya.
6.      Al-mu”jam al-mufahras li al-fadzil hadis nabawi
Penyusunan kitab ini dari kalangan orientalis. Diantara yang paling aktiv adalah Dr. Arnold jhon wensinck (w 393 M), seorang professor bahasa semit termasuk bahasa arab di universitas lieden, negeri belanda.
            Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis berdasarkan petunjuk lafadz matan hadis. Berbagai lafadz yang disajikan tidak dibatasi hanya lafazd-lafazd yang berada di tengah dan bagian lain dari matan hadis. Dengan demikian kitab mujam bisa memberikan informasi kepada pencari matan dan sanad hadis selama sebagian dari lafadz matan yang dicarinya itu telah diketahuinya.[5]
E.     METODE TAKHRIJ HADIS
Ada cara takhrijul hadis yaitu:
1.      Menurut lafazh pertama
Yaitu suatu metode yang bedasarkan pada lafazh pertama matan hadis, sesuai dengan urutan huruf hijaiyah dan alfabetis, sehingga metode ini mempermudah pencarian hadis yang dimaksud.
            Adapun kitab yang menggunakan metode ini adalah al-jami as-shagir fi ahadist al-basyir an-nazir, dalam ini disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyah ehingga pencarian hadis yang dimaksud sangat mudah. Contoh hadist nabi berikut:
*

            Untuk mengetahui lafadz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yng harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad fuad abdul baqi, penggalan hadis tersebut terdapat dalam halaman 2014 juz IV. Dan setelah diperiksa bunyi matannya lengkap bahwa hadis yang dicari adalah:





Artinya: dari abu hurairah bahwa rasulallah saw bersabda: ukuran orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala marah.
2.      Menurut lafadz-lafadz yang terdapat dalam hadis
Yaitu metode yang berlandaskan pada kata-kata yyang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda atau kata kerja. Dalam metode ini digunakan huruf-huruf,tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat.
Kitab yang berdasarkan metode ini diantaranya adalah kitab al-mu’jam al-mufahras li al-fazh al-hadis an-nabawi. Yang disusun oleh orang-orang oriental. Kitab yang menjadi rujukannya adalah kitah sohih bukhori, muslim, sunan ibn majah, abu daud, an-nasai, dan lainnya.
Contoh hadist



Dalam mencari hadist tersebut dengan menggunakan kata kunci ‘rufi’a, al-qolamu. Dan stalasatun. Kata ‘rufi’a’ dicari pada juz yang memuat huruf awal (juz II), kata ‘al-qolamu’ dicari pada juz yang memuat huruf qof dalam hal ini juz V, dan stalastatun memuat huruf tsa dalam hal ini juz I.
Setelah masing-masing juz diperiksa,yakni untuk tiap-tiap penggalan matan yang dimaksud, data yang disajikan oleh kitab-kitab al-mu’jam al mufahras li al-fadz al-hadis an-nabawi. Adalah sebagai berikut:
Juz
Halaman
Lambing yang dikemukakan

I
298


II
280


V
465







Dari data diatas dapat diketahui bahwa informasi yang diperoleh lewat penelusuran kata ‘al’qolaam’ yang memuat dalam juz V, ternyata lebih banyak lagi dari pada yang berasal dari juz I dan juz II.
3.      Mencari hadis berdasarkan Tema
Metode ini dapat dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai kitab himpunan hadis, dan selain itu pula harus dilakukan pengkajian terhadap teks-teks hadist menurut periwayatannya masing-masing. Deangan bantuan hadis tertentu, salah satu kamusnya yaitu miftahu al-qunuz as-sunah. Jadi terlebih dahulu adalah menetapkan tema dari hadis.
F.      LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN HADIS
1.      Penelitian sanad dan rawi hadis
·         Dengan takhrij
·         Itibar, yaitu menyertakan sanad-sanad yang lai untuk suatu hadis tertentu, dan hadis tersebut pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang rawi saja, dan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada rawi yang lain atau tidak untuk bagian sanad dari sand yang dimaksud.
·         Meneliti nama rawi yang tercantum dalam skema sanad.
·         Meneliti guru dan murid dan tahun kelahiran dan kematiannya. Dengan langkah ini dapat diketahui bersambung atau tidaknya sanad tersebut.
·         Meneliti karakteristik rawi yang bersangkutan, baik dari segi moral maupun aspek intelektualnya

.
2.      Penelitian matan
Langkah terakhir adalah penelitian matan yaitu menganalisis matan untuk mengetahui kemungkinan adanya illat dan syudzuz padanya. Langkah ini merupakan langkah yang paling berat dalam penelitian suatu hadis, baik tehnik pelaksanaanya maupun aspek tanggung jaweabnya.
      Seorang peneliti dituntut untuk mempunyai wawasan yang luas untuk itu seorang peneliti dituntut untuk menguasai bahasa arab dengan baik, menguasai kaidah-kaidah yang bersangkutan dengan tema matan hadis, memahami isi alquran, baik tejstuak maupun konstektual, memahami prisip-prinsip ajaran islam, dan sebagainya. [6]























BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Takhrij adalah penunjukan terhadap tempat hadist di dalam sumber asli nya yang di jelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan. Kitab yang diperlukan ada enam, Hidayatul bari’ila tartibi Ahadisil Bukhari, Mu’jam Al- Fadzi wala Siyyama Al- Gariibu Minha atau Fuhris litartibi Ahaditsi Shahihi Muslim, Al-Bugyatu fi Tartibi Ahaditsi Al-Hilyah, miftahus sahihin, al’jami’us shagir, dan al-mu’jam al-mufashar li al-fadzil hadis nabawi.
Metodenya ada yang mengunakan huruf awak, lafadz;lafaz dan berdasarkan tema, dan cara penelitian matan, sanad dan rawi harus dilakukan oleh orang yang wawasannya luas.

















DAFTAR FUSTAKA
          Abu Muhammad Al-mahdi ibn abd al-qadir alhadi. Darul Ikhtisan: thariqu takhrij hadist rasululah alaihi wasallam.t.t hal 6
Mahmud Ath-Thanhhan. Ushul Atakhrij wa dirasah AS-sanid. Riyad : maktabah royad.tt.hlm 2.
                Ahmad, Muhammad. mudzakir. 2000. Ulumul Hadis.bandung:cv pustaka setia.    
Solahudin, Agus.Suyadi. Ulumul Hadis.bandung: pustaka setia. 2009


[1] Abu Muhammad Al-mahdi ibn abd al-qadir alhadi. Darul Ikhtisan: thariqu takhrij hadist rasululah alaihi wasallam.t.t hal 6
[2] Mahmud Ath-Thanhhan. Ushul Atakhrij wa dirasah AS-sanid. Riyad : maktabah royad.tt.hlm 2.
[3] Drs. H. Muhammad Ahmad, mudzakir. 2000. Ulumul Hadis.bandung:cv pustaka setia.
[4] Ibid, 132.
[5] Drs. M. Agus Solahudin, M.Ag. dan Agus Suyadi. Ulumul Hadis.bandung: pustaka setia. 2009. Hal 196
[6] Ibid, hal 205

Tidak ada komentar:

Posting Komentar