Sabtu, 09 November 2013

Eksternalitas 'mikro ekonomi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Didalam ilmu ekonomi terdapat ilmu ekonomi micro, yakni ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana rumah tangga dan perusahaan membuat keputusan dan bagaiman mereka berinteraksi dipasar. Didalam kegiatan tersebut terdapat dampak negatif dan fositif yang dirasakan baik oleh produsen maupun konsumen.
Ekonomi sektor publik atau disebut juga dengan ekonomi masyarakat yang menyangkut masalah ekonomi berkaitan dengan pemerintah dan antarmuka mereka dengan sektor swasta. Sehingga pada bab ini pemakalah akan mempelajari kajian salah satu prinsip ekonomi yakni ”pemerintah terkadang mampu memperbaiki hasil akhir mekanisme pasar”.
Dengan adanya prinsip diatas maka bagaimana pemerintah melakukan suatu kebijakan agar mamperbaaiki kegagalan pasar yang disebabkan oleh ekternalitas dan masalah lainnya. Kebijakan-kebijakan yang akan ditetapkan pemerintah terlebih dahulu melihat keadaan sumber daya milik bersama, barang publik dan lainnya.
Dan salah satu kebijakan yang ditetapkan adalah pajak yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Rancangan sitem pajak harus sesuai dengan kemampuan masyaraka. Dengan demikian pemakalah akan menjelaskan mengenai eksternalitas, sumber daya milik bersama dan barang publik, dan rancangan sistem pajak.

1.2.Rumusan Masalah
A.     Apa yang dimaksud dengan eksternalis?
B.     Apa yang dimaksud dengan barang publik dan sumber daya milik bersama?
C.     Bagaimana rancagan sistem pajak?







BAB II
PEMBAHASAN
A.     EKTERNALITAS
1.      Pengertian
Eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu tidakan pihak lain, baik dampak yang menguntungkan atau merugikan. Ekternalitas akan muncul apabila seeorang melakukan kegiatan yang mampu mempengaruhi orang lain. Pengaruh yang bersifat menguntungkan disebut dengan Eksternalitas Fositif, dan pengaruh yang memberikan kerugian disebut dengan Eksternal Negatif.
Dengan adanya eksternalitas, kepentingan pasar terhadap hasil pasar melampaui kesejahteraan penjual dan pembeli yang berpartisipasi dipasar dan juga meliputi kesejahteraan orang lain yang terpengaruh secara tidak langsung. Karena penjual dan pembeli mengabaikan pengaruh eksternal dari tindakan mereka pada saat memutuskan berapa banyak permintaan atau penawaran mereka, titik keseimbangan tidak stabil apabila dengan adanya eksternalitas.
Dengan demikian titik keseimbangan pasar gagal memaksimalkan manfaat secara total bagi masyarakat secara keseluruhan. Seperti, eksternalis negatif perusahaan kertas yang mementingkan dirinya sendiri tidak akan memperhitungkan biaya penuh polusi yang mereka timbulkan, sehingga mereka akan menghasilkan terlalu banyak polusi jika pemerintah tidak mencegah dan melarang mereka.[1]
2.      Jenis – jenis eksternalitas

Eksternalitas dilihat dari dampaknya dibagi menjadi dua yaitu:

a.       Eksternalitas positif
Eksternalitas positif yaitu dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya konvensasi dari pihak yang di untungkan.
b.      Eksternalitas negatif
Eksternalitas negatif yaitu dampak yang merugikan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya konvensasi dari pihak yang dirugikan.
Eksternalitas itu dapat terjadi dari empat interaksi ekonomi sebagai berikut:
a.       Dampak suatu produsen terhadap produsen lain(effects of producer on other produceres)
Suatu kegiatan produksi di katakan mempunyai dampak eksternal terhadap produsen lain jika kegiatan nya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi produksi dari produksi lain.
Contoh: perusahaan yang menghasilkan limbah kealiran sungai dan semacamnya, sehingga ikan terganggu dan merugikan produsen lain yakni para nelayan.
b.      Dampak produsen terhadap konsumen(effects of producer on consumeres)
Suatu produsen di katakan mempunyai eksternal terhadap konsumen, jika aktivitas nya merubah atau menggeser fungsi rumah tangga.
Contoh : polusi udara suatu perusahaan yang mengakibatkan kepuasan konsumen terhadap pemanfatan daerah-daerah rekreasi berkurang.
c.       Dampak konsumen terhadap konsumen lain ( effects of  consumeres on consumeres) 
Suatu dampak konsumen terhadap konsumen yang lain terjadi jika aktivitas seseorang atau kelompok tertentu mempengaruhi atau mengganggu konsumen lain.
Contoh : asap rokok seseorang terhadapa orang yang ada disekitarnya yang tidak meroko.
d.      Dampak konsumen terhadap produsen ( effects of consumeres on producer)
Suatu dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu fungsi produksi suatu produsen.
Contoh: limbah rumah tangga yang mencemari aliran sungai sehingga merugikan para nelayan.[2]
3.      Faktor – faktor penyebab eksternalitas
Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan ekonomi, eksternalitas dan ketidakefisienan timbul karna salah satu atau lebih dari prinsip- prinsip alokasi sumber daya yang efisien tidak terpenuhi. Karakteristik barang atau sumber daya publik, ketidak sempurnaan pasar, kegagalan pemerintah merupakan keadaan- keadaan dimana unsur hak milik atau pengusahaan sumber daya tidak terpenuhi.
Jika faktor di atas tidak ditangani dengan baik maka eksternalitas dan ketidakefisienan ini tidak bisa dihindari. Dan jika dibiarkan maka akan memberikan dampak terhadap ekonomi dalam jangka panjang.


Faktor – faktor diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Keberadaan barang publik
Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi lain akan barang tersebut.
Ciri barang publik yaitu:
a)      Barang ini merupakan konsumsi umum yang dicirikan oleh penawaran gabungan dan tidak bersaing dalam mengkonsumsinya.
b)      Tidak ekslusif dalam pengertian bahwa penawaran tidak hanya diperuntukan untuk seseorang dan mengabaikan yang lain nya.
b.      Sumber daya bersama
Sumber daya milik bersama sama halnya dengan barang – barang publik , tidak ekskludabel. Sumber daya ini terbuka untuk siapa saja yang ingin memanfaatkannya dan Cuma-cuma. Namun tak seperti barang publik. Sumber daya milik bersama memiliki sifat bersaing. Pemanfaatnya oleh seseorang akan mengurangi peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jadi, keberadaan sumber daya milik bersama, pemerintash juga perlu mempertimbangkan seberapa banyak pemanfaatnya yang efisien.
c.       Ketidaksempurnaan pasar
Masalah lingkungan bisa terjadi ketika salah satu partisipan di dalam suatu tukar menukar hk-hak kepemilikan mampu mempengaruhi hasil yang terjadi. Ketidaksempurnaan pasar misalnya terjadi pada praktek pasar monopoli.
d.      Kegagalan pemerintah
Sumber ketidakefisienan dan atau eksternalitas tidak saja di akibatkan oleh kegagalan pasar tetapi juga karena kegagalan pemerintah atau goverment failure. Kegagalan pemerintah banyak di akibatkan tarikan kepentingan pemerintah sendiri atau kelompok tertentu yang tidak mendorong efisiesi. Kelompok tertentu ini memanfaatkan pemerintah untuk mencari keuntungan melalui proses politik kebijaksanaan dan lain sebagainya.
4.      Eksternalitas dan inefisiensi pasar
dapat dilihat melalui:
1)      EKSTERNALITAS DALAM PRODUKSI
Dalam melangsungkan kegiatan produksinya, pabrik-pabrik aluminium itu menimbulkan polusi. Untuk setiap aluminium yang mereka produksi, sejumlah asap kotor yang mengotori atmosfer tersembur dari tanur pabrik-pabrik tersebut. Karena asap itu membahayakan kesehatan siapa saja yang menghirupnya, maka asap itu merupakan eksternalitas negatif dalam produksi aluminium. Bagaimana pengaruh eksternalitas negatif ini terhadap efisiensi hasil kerja pasar ?
Akibat adanya eksternalitas tersebut, biaya yang harus dipikul masyrakat yang bersangkutan secara keseluruhan dalam memproduksi aluminium lebih tinggi dari pada biaya yang dipikul oleh produsennya. Biaya sosial (social sost) untuk setiap unit aluminium yang diproduksikan, mencakup biaya produksi yang dipikul produsen – biasa disebut “biaya pribadi” (private cost) – plus biaya yang harus ditanggung oleh pihak lain yang ikut mengalami kerugian akibat polusi.
2). EKSTERNALITAS DALAM KOMSUMSI
Konsumsi minuman beralkohol,  misalnya mengandung eksternalitas negatif jika peminum lantas mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk atau setengah mabuk, sehingga membahayakan pemakai jalan lainnya. Eksternalitas dalam konsumsi ini juga ada yang bersifat positif. Contohnya adalah konsumsi pendidikan. Semakin banyak orang yang terdidik, masyarakat atau pemerintahnya akan diuntungkan. Pemerintah akan lebih mudah merekrut tenaga-tenaga cakap, sehingga pemerintah lebih mampu menjalankan fungsinya dalam melayani masyarakat.
kesimpulan umum. Yakni, keberadaan eksternalitas negatif dalam konsumsi maupun produksi, mendorong pasar menghasilkan output produksi dalam kualitas lebih banyak dari pada yang diinginkan secara sosial. Sebaliknya, keberadaan eksternalitas positif dalam konsumsi maupun produksi mendorong pasar menghasilkan output produksi dalam kuantitas lebih sedikit dibanding yang diinginkan secara sosial. Untuk mengatasi persoalan ini, pemerintah perlu campur tangan dengan melakukan internalisasi eksternalitas melalui pemberlakuan pajak terhadap barang-barang yang mengandung eksternaliatas negatif, serta memberikan subsidi bagi produksi barang-barang yang mengandung eksternalitas positif.
5.      Solusi swasta terhadap eksternalitas
Sebagai pihak “pribadi” atau “swasta”. Pada dasarnya, tujuan yang hendak dicapai oleh pemerintah maupun pihak swasta (perorangan dan kelompok), berkenaan dengan penanggulangan eksternalitas itu sama saja, yakni untuk mendorong alokasi sumber daya agar mendekati kondisi yang optimum secara sosial. [3]
a)      JENIS-JENIS SOLUSI SWASTA
Inefisiensi pasar akibat eksternalitas tidak perlu selalu harus atau bisa diatasi dengan penegakan atau peningkatan standar moral, atau ancaman penerapan sanksi sosial. Coba renungkan, mengapa orang-orang secara sadar tidak mau membuang sampah sembarangan? Peraturan resmi yang mengatur tentang sampah memang ada, namun di banyak tempat, peraturan semacam itu tidak dijalankan secara sungguh-sungguh. Kita tidak mau membuang sampah disembarang tempat juga bukan karena takut dengan peraturan-peraturan semacam itu, namun karena kita mengetahui atau menyadari bahwa tidaklah baik dan tidak patut sejak kita masih kanak-kanak, bahwa kita boleh melakukan sesuatu moral inilah yang kemudian membatasi perilaku dan tindakan kita, agar sedapat mungkin tidak merugikan orang lain. Dalam bahasa ekonomi, ajaran agama itu meminta kita untuk melakukan internalisasi eksternalitas.
Contoh lain solusi swasta, adalah derma atau amal yang seringkali sengaja diorganisasikan untuk mengatasi suatu eksternalitas.
Pasar swasta terkadang juga mampu mengatasi masalah eksternalitas, dengan membiarkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengatasinya. Motif utama mereka memang untuk memenuhi kepentingannya sendiri, namun dalam melakukan suatu tindakan, mereka juga sekaligus mengatasi eksternalitas
Cara lain di pasar swasta dalam mengatasi eksternalitas adalah,  penyusunan kontrak atau perjanjian di antara pihak-pihak yang menaruh kepentingan.
b)      TEORAMA COASE
Sejauh mana solusi swasta tersebut mampu mengatasi masalah eksternalitas ? Ada sebuah pemikiran yang disebut teorema Coase (Coase therem) mengambil nama perumusnya, yakni ekonom Ronald Coase-yang menyatakan bahwa solusi swasta bisa sangat efektif seandainya memenuhi satu syarat. Syarat itu adalah pihak-pihak yang berkepentingan dapat melakukan negosiasi atau merundingkan langkah-langkah penanggulangan masalah eksternalitas yang ada diantara mereka, tanpa menimbulkan biaya khusus yang memberatkan alokasi sumber daya yang sudah ada. Menurut teorema Coase, hanya jika syarat itu terpenuhi, maka pihak swasta itu akan mampu mengatasi masalah eksternalitas dan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa : Teorema Coase menyatakan bahwa pelaku-pelaku ekonomi pribadi/swasta, dapat mengatasi sendiri masalah eksternalitas yang muncul diantara mereka. Terlepas dari distribusi hak pada awalnya, pihak-pihak yang berkepentingan selalu berpeluang mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak, dan merupakan pemecahan yang efisien.
c)      MENGAPA SOLUSI SWASTA TIDAK SELALU BERHASIL
Logika teorema Coase memang meyakinkan, namun tidak selamanya sesuai dengan kenyataan yang ada. Dalam prakteknya, kita tahu bahwa pelaku-pelaku ekonomi swasta/pribadi seringkali gagal memperoleh pemecahan yang efisien, atas suatu masalah yang bersumber dari eksternalitas. Teorema Coase ternyata hanya berlaku, jika pihak-pihak yang berkepentingan tidak dihadapkan pada kendala untuk mencapai dan melaksanakan kesepakatan. Itu berarti, peluang kesepakatan memang selalu terbuka, namun hal itu tidak selalu bisa diwujudkan.
Kesepakatan untuk mengatasi persoalan eksternalitas seringkali gagal dicapai, jika pihak-pihak yang terlibat diharuskan menanggung biaya-biaya transaksi. Yang disebut sebagai biaya-biaya transaksi (transaction costs) adalah berbagai bentuk biaya yang harus dibayar, ketika pihak-pihak yang berkepentingan itu tengah menjalani negoisasi atau tawar menawar.
Kesulitan juga muncul pada tahap pelaksanaan atas suatu kesepakatan. Perjanjian damai antara kedua belah pihak yang berperang, seringkali gugur begitu saja dan perang pun kembali pecah. Jadi, bukan saja bisa muncul pada tahap penyusunan kesepakatan, namun juga pada tahap pelaksanaannya. Salah satu sebabnya adalah, ada saja pihak yang meninginkan posisi lebih baik sekalipun kesepakatan sudah ditetapkan.
Pencapaian kesepakatan akan semakin sulit, jika jumlah pihak yang terlibat atau berkepentingan lebih banyak. Ini dikarenakan koordinasi antara banyak pihak itu biasanya memakan biaya yang cukup besar. Jika penyelesaian swasta gagal, maka pemerintah harus turun tangan. Lagipula, pemerintahan memang merupakan suatu institusi yang sengaja dibentuk, untuk bertindak mewakili kepentingan bersama. Dalam contoh kasus di atas, pemerintah dapat mewakili para nelayan, mengingat mereka sulit bertindak sendiri. Pada bagian pembahasan berikut, kita akan menelaah bagaimana pemerintah dapat mengupayakan pemecahan atas adanya masalah eksternalitas.
6.      Kebijakan publik menghadapi eksternalitas
Setiap kali eksternalitas muncul sehingga mengakibatkan alokasi sumber daya yang dilakukan pasar tidak efisien, pemerintah dalam melakukan salah satu dari dua pilihan tindakan yang ada. Pilihan pertama adalah menerapkan kebijakan-kebijakan atau pendekatan komando dan kontrol (command-and-control policies), atau menerapkan kebijakan-kebijakan berdasarkan pendekatan pasar (market-base policies). Bagi para ekonom, pilihan kedua lebih baik, karena kebijakan berdasarkan pendekatan pasar akan mendorong para pembuat keputusan di pasar swasta, untuk secara sukarela memilih mengatasi masalahnya sendiri.
REGULASI
Pemerintah dapat mengatasi suatu eksternalitas dengan melarang atau mewajibkan perilaku tertentu dari pihak-pihak tertentu. Sebagi contoh, untuk mengatasi kebiasaan membuang limbah beracun ke sungai, yang biaya sosialnya jauh lebih besar dari pada keuntungan pihak-pihak yang melakukannya, pemerintah dapat menyatakannya sebagai tindakan kriminal dan akan mengadili serta menghukum pelakunya. Dalam kasus ini pemerintah menggunakan regulasi atau pendekatan komando dan kontrol untuk melenyapkan eksternalitas tadi.
Namun kasus-kasus polusi umumnya tidak sesederhana itu. Tuntutan para pecinta lingkungan untuk menghapuskan segala bentuk polusi, sesungguhnya tidak mungkin terpenuhi, karena polusi merupakan efek sampingan tak terelakkan dari kegiatan produksi industri. Contoh yang sederhana, semua kendaraan bermotor sesungguhnya mengeluarkan polusi. Jika polusi ini hendak dihapus sepenuhnya, maka segala bentuk kendaraan bermotor harus dilarang oleh pemerintah, dan hal ini tidak mungkin dilakukan. Jadi, yang harus diupayakan bukan penghapusan polusi secara total, melainkan pembatasan polusi hingga ambang tertentu, sehingga tidak terlalu merusak lingkungan namun tidak juga menghalangi kegiatan produksi. Untuk menentukan ambang aman tersebut, kita harus menghitung segala untung ruginya secara cermat. Di Amerika Serikat, Badan Perlindungan Lingkungan Hidup (EPA, Environmental Protection Agency) adalah lembaga yang diserahi wewenang dan tugas untuk merumuskan, melaksanakan, dan mengawasi berbagai regulasi yang dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup.
Bentuk regulasi dibidang lingkungan hidup itu sendiri bisa bermacam–macam. Adakalanya EPA langsung menetapakan batasan polusi yang diperbolehkan untuk suatu perusahaan. Terkadang EPA mewajibkan pemakaian teknologi atau peralalatan tertentu untuk mengurangi polusi di pabrik-pabrik. Di semua kasus, demi memperoleh suatu peraturan yang baik dan tepat guna, para pejabat pemerintah harus mengetahui spesifikasi dari setiap jenis/sektor industri, dan berbagai alternatif teknologi yang dapat diterapkan oleh industri yang bersangkutan, dalam rangka mengurangi atau membatasi polusi. Masalahnya, informasi seperti ini sulit didapatkan.
 PAJAK PIGOVIAN DAN SUBSIDI
Selain menerapkan regulasi, untuk mengatasi eksternalitas, pemerintah juga dapat menerapkan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada pendekatan pasar, yang dapat memadukan insentif pribadi/swasta dengan efisiensi sosial. Sebagai contoh, seperti telah disinggung diatas pemerintah dapat menginternalisasikan eksternalitas dengan menggunakan pajak terhadap kegiatan-kegiatan yang menimbulkan eksternalitas negatif, dan sebaliknya memberi subsidi untuk kegiatan-kegiatan yang memunculkan eksternalitas positif. Pajak yang khusus diterapkan untuk mengoreksi dampak dari suatu eksternalitas negatif lazim disebut sebagai Pajak Pigovian (Pigovian tax), mengambil nama ekonom pertama yang merumuskan dan menganjurkannya, yakni Arthur Pigou (1877-1959).
Para ekonom umumnya lebih menyukai pajak Pigovian dari pada regulasi sebagai cara untuk mengendalikan polusi, karena biaya penerapan pajak itu lebih murah bagi masyarakat secara keseluruhan. Andaikan ada dua pabrik-pabrik baja dan pabrik kertas-yang masing-masing membuang limbah sebanyak 500 ton per tahun ke sungai. EPA menilai limbah itu terlalu banyak, dan berniat menguranginya. Ada dua pilihan solusi baginya, yakni :
·         Regulasi : EPA mewajibkan semua pabrik untuk mengurangi limbahnya hingga 300 ton per tahun.
·         Pajak Pigovian : EPA mengenakan pajak sebesar $50.000 untuk setiap ton limbah yang dibuang oleh setiap pabrik.
Regulasi itu langsung membatasi ambang polusi, sedangkan pajak Pigovian memberikan insentif kepada para pemilik pabrik untuk sebanyak mungkin mengurangi polusinya. Semakin tinggi tingkat pajaknya, akan semakin banyak penurunan polusi yang akan terjadi. Namun EPA juga harus hati-hati, karena pajaknya terlalu tinggi, polusi akan hilang, karena semua pabrik bangkrut atau memilih tidak beroperasi.Alasan utama para ekonom itu memilih penerapan pajak, adalah karena cara ini lebih efektif menurunkan polusi. Regulasi mewajibkan semua pabrik mengurangi polusinya dalam jumlah yang sama, padahal penurunan sama rata, bukan merupakan cara termurah menurunkan polusi. Ini dikarenakan kapasitas dan keperluan setiap pabrik untuk berpolusi berbeda-beda. Besar kemungkinan salah satu pabrik (misalkan pabrik kertas), lebih mampu (biayanya lebih murah) untuk menurunkan polusi dibanding pabrik lain (pabrik baja). Jika keduanya dipaksa menurunkan polusi sama rata, maka operasi pabrik baja akan terganggu. Namun melalui penerapan pajak, maka pabrik kertas akan segera mengurangi polusinya, karena hal itu lebih murah dan lebih mudah dilakukan dari pada membayar pajak, sedangkan pabrik baja, yang biaya penurunan polusinya lebih mahal, akan memilih membayar pajak saja.Pada dasarnya, pajak Pigovian secara langsung menetapkan harga atas hak berpolusi. Sama halnya dengan kerja pasar yang mengalokasikan berbagai barang ke pembeli, yang memberikan penilaian paling tinggi pajak Pigovian ini juga mengalokasikan hak berpolusi kepada perusahaan atau pabrik, yang paling sulit menurunkan polusinya atau yang dihadapkan pada biaya paling tinggi untuk menurunkan polusi (misalkan karena biaya alat penyaring polusinya sangat mahal). Berapapun target penurunan polusi yang diinginkan EPA akan dapat mencapainya dengan biaya termurah melalui penerapan pajak ini.
Para ekonom juga berkeyakinan bahwa penerapan pajak Pigovian, merupakan cara terbaik untuk menurunkan polusi. Pendekatan komando dan kontrol tidak akan memberikan alasan atau insentif bagi pabrik-pabrik pencipta polusi untuk berusaha mengatasi polusi semaksimal mungkin. Seandainya saja polusinya sudah berada dibawah ambang maksimal (misalkan 300 ton per tahun), maka perusahaan itu tidak akan membuang biaya lebih banyak agar polusinya dapat ditekan lebih rendah lagi. Sebaliknya, pajak akan memberikan insentif kepada pabrik-pabrik itu untuk terus mengembangkan teknologi yang ramah terhadap lingkungan. Mereka akan terus terdorong menurunkan polusi, karena semakin sedikit polusi yang mereka ciptakan, akan semakin sedikit pula pajak yang harus mereka bayar.
Pajak Pigovian tidaklah sama dengan pajak-pajak lain, dimana kita mengetahui bahwa pajak pada umumnya akan mendistorsikan insentif dan mendorong alokasi sumber daya menjauhi titik optimum sosialnya. Pajak umumnya juga menimbulkan beban baku berupa penurunan kesejahteraan ekonomis (turunnya surplus produsen dan surplus konsumen), yang nilainya lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh pemerintah dari pajak tersebut. Pajak Pigovian tidak seperti itu karena pajak ini memang khusus diterapkan untuk mengatasi masalah eksternalitas. Akibat adanya eksternalitas, masyarakat harus memperhitungkan kesejahteraan pihak lain. Pajak Pigovian diterapkan untuk mengoreksi insentif ditengah adanya eksternalitas, sehingga tidak seperti pajak-pajak lainnya, pajak Pigovian itu justru mendorong alokasi sumber daya mendekati titik optimum sosial. Jadi, selain memberi pendapatan tambahan pada pemerintah, pajak Pigovian ini juga meningkatkan efisiensi ekonomi.
B.     BARANG PUBLIK DAN SUMBER DAYA MILIK BERSAMA
1.      Pengertian
Barang atau komoditas dalam pengertian ekonomi adalah suatu objek atau jasa yang memiliki nilai. Nilai suatu barang akan ditentukan karena barang itu mempunyai kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
2.      Macam-macam Barang
Ketika berpikir tentang macam-macam barang dalam perekonomian, kita dapat mengelompokkan mereka menurut dua ciri berikut:
a.       Apakah barangnya bersifat ekskludabel (ekxcludable)? Dapatkah masyarakat diminta untuk tidak  memakai atau memanfaatkan barang ini?
b.      Apakah barangnya bersifat persaingan (rival)? Apakah jika seseorang memakai barang ini, maka peluang orang lain untuk memakainya berkurang?
Berdasarkan kedua ciri tersebut membagi semua barang menjadi empat kategori sebagai berikut:
1.  Barang swasta (private goods) adalah barang-barang yang ekskludabel dan rival. es cendol sebagai contoh. Es cendol jelas bersifat ekskludabel karena kita bisa mencegah orang lain dari mengkonsumsinya. Es cendol juga bersifat rival karena, jika hanya ada satu es cendol, dan ada seseorang yang mengkonsumsinya maka orang lain tidak bisa mengkonsumsinya. Sebagian besar barang yang ada di pasar adalah barang pribadi. Saat kita menganalisis penawaran dan permintaan kita mengasumsikan bahwa semua barang bersifat ekskludabel dan rival.
2.   Barang publik (public goods) adalah barang-barang yang tidak ekskludabel dan juga tidak rival. Artinya siapa saja tidak bisa mencegah untuk memanfaatkan barang ini, dan konsumsi seseorang atas barang ini tidak mengurangi peluang orang lain melakukan hal yang sama. Contoh barang publik adalah pertahanan suatu negara aman karena mampu melawan setiap serangan dari negara lain, maka siapa saja di negara itu tidak bisa dicegah untuk menikmati rasa aman, peluang bagi orang lain untuk turut menikmati keamanan sama sekali tidak berkurang.
3.   Sumber daya milik bersama (common resources)adalah barang-barang yang tidak ekskludabel, namun rival. Contohnya adalah ikan laut. Tidak ada seseorang yang melarang menangkap ikan laut, atau meminta bayaran kepada nelayan atas ikan-ikan yang mereka tangkap. Namun ada saat seseorang melakukannya, maka jumlah ikan di laut berkurang, sehingga kesempatan orang lain melakukan hal yang sama menjadi berkurang.
4.  Adapula barang ekskludabel yang, namun tidak memiliki rival. Barang seperti ini muncul dalam situasi monopoli ilmiah. Jasa pemadam kebakaran suatu kota kecil adalah contohnya. Sangatlah mudah mencegah seseorang menikmati jasa ini. Petugas kebakaran dapat membiarkan sebuah rumah terbakar begitu saja. Namun jasa perlindungan kebakaran ini tidaklah bersifat rival, karena kebakaran rumah tidak terjadi setiap saat, dan setiap rumah memperoleh perlindungan yang sama. Petugas pemadam kebakaran lebih sering menunggu daripada beraksi memadamkan kebakaran, sehingga melindungi sebuah rumah tambahan tidak akan mengurangi kualitas perlindungan mereka pada rumah-rumah lain.Dengan kata lain, begitu pemerintah kota membuat anggaran untuk jasa pemadam kebakaran, maka tambahan untuk melindungi tambahan satu rumah baru sangatlah kecil
Jika ada seseorang yang mengupayakan sendiri suatu barang publik misalkan tanda peringatan bahaya angin ribut, maka semua orang akan menikmati seluruh manfaatnya, namun mereka tidak perlu membayar untuk hal itu. Demikian pula, pada saat seseorang menikmati suatu sumberdaya milik bersama misalnya  ikan dilaut, maka kesejahteraan orang lain berkurang  karena peluang mereka menangkap ikan di laut menurun, tetapi tidak akan ada yang akan memberi kompensasi atas kerugian mereka. Akibat dari dampak-dampak eksternal inilah, keputusan-keputusan pribadi untuk konsumsi dan produksi dapat menjadi alokasi sumber-sumber daya yang tidak efisien. Intervensi dari pemerintah dapat membantu meningkatkan kesejahteraan semua pihak.
                                                                               Rival
                                                Ya                                                       Tidak
                                         
                                      Ya
Ekskludabel
                                  Tidak
Barang swasta
·         Es cendol
·         Pakaian
·         Jalan tol yang macet
Monopoli alamiah
·         Pemadaman kebakaran
·         Tv kabel
·         Jalan tol yang kososng
Sumberdaya milik bersama
·         Ikan di laut
·         Lingkungan
·         Jalan biasa yang macet

Barang publik
·         Tanda bahaya ngin ribut
·         Pertahanan nasional
·         Jalan raya lancar
3.      Barang publik yang penting
Pertahanan Nasional. Kemampuan suatu negara menghalau setiap serangan dari luar merupakan contoh klasik. Jika suatu negara berhasil dipertahankan, tidak ada seorangpun yang bisa dicegah untuk menikmati manfaatnya. Terlebih lagi, ketika seseorang menikmati manfaatnya, manfaat yang dirasakan oleh orang lain tidak akan berkurang. Oleh sebab itu, pertahanan nasional tidak bersifat ekskludabel maupun rival.
Pertahanan nasional juga menjadi salah satu barang publik yang paling mahal. Pada tahun 2002, pemerintah federal AS secara keseluruhan membelanjakan $ 348 milyar untuk pertahanan nasional atau rata-rata sekitar $ 1.200 untuk setiap warga AS. Masyarakat senantiasa berpendapat bahwa biaya ini terlalu besar, atau malah terlalu kecil. Tetapi tidak ada yang membantah bahwa pemerintah memang perlu mengeluarkan sejumlah uang untuk kepentingan pertahanan nasional. Bahkan, para ekonom yang selalu mendukung pemerintah yang kecil juga setuju bahwa pertahanan nasional adalah barang publik yang harus disediakan pemerintah.
Riset dasar penciptaan Pengetahuan adalah barang publik. Jika seorang matematikawan menemukan sebuah teorima baru, maka teorima tersebut akan masuk kedalam ilmu pengetahuan yang boleh dimanfaatkan siapa saja secara gratis. Karena pengetahuan adalah barang publik, maka perusahaan-perusahaan swasta yang mencari keuntungan cenderung untuk menumpang gratis pada pengetahuan yang ditemukan oleh pihak lain, dan hasilnya, perusahan-perusahaan ini mengalokasikan sumber-sumber daya yang terlalu sedikit untuk menciptakan pengetahuan baru.
4.      Sumber daya milik bersama yang penting
Terdapat beberapa contoh dari beberapa sumberdaya milik bersama. Pemerintah sering membuat peraturan yang mengatur penggunaannya, atau memberlakukan biaya untuk mengatasi masalah untuk pemakaian yang berlebihan.
Air dan Udara Bersih. Seperti yang telah dibahas, pasar tidak mampu melindungi lingkungan hidup dengan baik. Polusi merupakan eksternalitas negatif yang dapat diatasi oleh pemerintah dengan regulasi atau pemberlakuan pajak atas kegiatan-kegiatan yang menghasilkan polusi. Kita dapat melihat bentuk kegagalan pasar ini sebagai sebuah masalah sumber daya milik bersama seperti halnya lahan pengembangan terbuka, dan polusi yang terlalu besar sama saja dengan pemakaian lahan umum yang berlebihan. Jatuhnya kualitas lingkungan adalah tragedi lahan bersama versi modern
Jalan yang padat. Jalan yang bisa merupakan barang publik atau sumber daya milik bersama. Jika jalan raya tidak padat, maka pemanfaatannya oleh seseorang tidak akan mempengaruhi orang lain. Pada kasus ini, jalan raya bukan barang rival, dan karenaya jalan raya dalam keadaan padat, jalan raya menjadi semakin padat, jalan raya menjadi semakin padat, dan orang-orang lain harus mengendarai kendaraan yang lebih lambat. Pada kasus ini, jalanraya adalah sumber daya milik bersama.
Salah satu cara pemerintah mengatasi maslah kemacetan lalu lintasadalah memberlakukan ongkos tol. Artinya, untuk masuk ke jalan itu, setiap pengendara mobil harus bayar. Pada dasarnya, ongkos tol ini sama seperti pajak atas eksternalitas dari kemacetan lalu lintas. Tetapi pada prakteknya, pengenaan ongkos tol bukan merupakan solusi yang praktis, karena biaya untuk menarik ongkos tol sendiri terlalu tinggi.
Biasanya kemacetan hanya terjadi pada jam-jam tertentusetiap hari. Jika suatu jembatan dipadati kendaraan bermotor hanya pada jam-jam sibuk, misalnya, maka eksternal negatif berupa kemacetan pada jam-jam itu lebih besar daripada jam-jam lain. Karena itu, cara efisien untuk mengatasi masalah eksternalitas adalah membuat harga karcis tol lebih tinggi pada jam-jam sibuk. Ongkos tol ini akan memberi insentif bagi para pengendara untuk mengubah jadwalnya, mengurangi kemacetan di jalan itu pada jam-jam sibuknya.
Ikan, paus, dan hewan liar lainnya. Banyak spesies hewan yang merupakan sumber daya milik bersama. Ikan dan paus, misalnya bernilai komersial, dan siapun dapat mengurangi lautan untuk menangkap segala jenis ikan dan paus yang tersedia. Masing-masing orang memiliki sedikit keinginan untuk mempertahankan spesies tersebut untuk tahun mendatang. Sama halnya dengan pengembalaan domba secara berlebihan, penangkapan ikan dan paus yang berlebihan dapat merusak populasi laut yang bernilai komersial.
C.     RANCANGAN SISTEM PAJAK
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Dan tujuan sistem pajak adalah mengumpulkan pendapatan untuk pemerintah. Namun ada banyak cara untuk mengumpulkan uang. Dalam merancang sitem pajak, penentu kebijakan memiliki dua target, yaitu efisiensi dan pemerataan.
1.      Pajak dan efisiensi
Suatu sistem dianggap lebih efisien dari pada pajak lainnya jika sitem pajak tersebut mengumpulkan  jumlah pendapatan yang sama pada biaya lebih kecil bagi pihak pembayar pajak.
Transfer uang dari pembayar pajak kepada pemerintah adalah fitur yang tidak dapat dielakan yang ada dalam sistem pajak mana pun. Namun pajak juga membebankan biaya lainnya, yang berusaha untuk dihindari atau setidaknya diminimalkan oleh kebijakan pajak yang dirancang dengan baik, yaitu:
a.       Kerugian beban baku yang terjadi ketika pajak mengubah keputusan yang dibuat oleh rakyat. Kerugian beban baku dari pajak adalah pengurangan kesejahteraan ekonomi pihak pemayar pajakdalam kelebihan jumlah pendapatan yang dikumpulkan oleh pemerintah. Kerugian beban baku adalah keidaefisienan yang diciptakan oleh pajak ketika orang-orang mengalokasikan sumberdaya berdasarkan pada intensif pajak dan bukan pada biaya dan kebaikan yang sebenarnya dari barang atau jasa yang mereka jual dan beli.
b.      Beban administrasi yang ditanggung oleh pihak pembayar pajak ketika mereka mematuhi undang-undang pajak. Beban administrasi yang ada dalam sistem pajak dapat dikurangi dengan menyederhanakan undang-undang pajak.
Sistem pajak yang efisien adalah sistem pajak yang membebankan kerugian beban baku yang kecil dan beban administrasi yang kecil.
2.      Pajak dan pemerataan
Pemerataan sistem pajak berkenaan dengan bagaimanakah beban pajak seharusnya dibagikan kepada penduduk? Dan bagaimana penilaian apakah sisem pajak sudah adil? Para ekonom dan filusuf politik telah mengajukan dua prinsip utama untuk mengatur sistem pajak, yaitu:
a.      Prinsip manfaat (benefits principle)
Yang menyatakan bahwa individu harus dibebani pajak dengan proporsi untuk keuntungan yang mereka dapatkan dari program-program pemerintah. Sama seperti orang membayar dolar secara pribadi dalam proporsi untuk konsumsi mereka atas roti pribadi, pajak seseorang harus sesuai dengan pemakaian mereka atas barang-barang kolektif seperti jalan-jalan atau tanaman-tanaman umum.
b.      Prinsip kemampuan untuk membayar (ability-to-pay-principle)
Yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang harus dibayar oleh seseorang harus berkaitan dengan pendapatan atau kesehtan mereka, semakin tinggi pendapatan atau kesehatan mereka maka semakin tinggi pula pajaknya.  Biasannya sistem pajak yang di atur dengan prinsip-prinsip kemampuan untuk membayar juga bersifat redistributif, yang berarti bahwa mereka mendapatkan dana dari orang-orang dengan pendapatan yang lebih tinggi untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi kelompok-kelompok yang lebih miskin.[4]
                             Prinsip kemampuan untuk membayar mengarahkan pada dua gagasan pemerataan yaitu:
1.    Pemerataan vertikal (vertical equity)
Menyatakan bahwa pembayar pajak yang memilki kesaggupan yang lebih besar untuk membayar pajak harus membayar dengan jumlah yang lebih besar.
2.      Pemerataan horizontal (horyzontal equity)
Menyatakan bahwa pembayar pajak yang kesanggupannya sama untuk membayar pajak harus membayarnya dalam jumlah yang sama.           
            Macam-macam sistem pajak yaitu:
a.   Pajak proporsional (proportional tax)
Yaitu sistem pajak dimana pembayaran pajak yang pendapatannya tinggi dan rendah membayar pajak yang pendapatannya tinggi an rendah membayar dengan bagian yang sama dari prndapatannya untuk pajak.
b.      Pajak regresif (regressive tax)
Sistem pajak yang dimana pembayaran pajak yang pendpatannya tinggi membayar bagian yang lebih kecildari pendapatannya untuk pajak dari pada pembayar pajak yang pendpatannya lebih rendah.

c.       Pajak progresif (progresive tac)
Sistem pajak dimana membayar oajak yang pendapatannya tinggi membayar bagian yang lebih besar dari pendapatannya untuk pajak dari pada pembayar pajak yang pendapatannya lebih rendah.
Didalam efisiensi dan pemerataan pajak penghasilan, para ahli ekonomi membagi dua tarif pajak yaitu:
a.      Tarif pajak marginal (marginal tax rate)
Adalah pajak tambahan atau ekstra yang dibayarkan untuk setiap tambahan pendapatan.
b.      Tarif pajak rata-rata ( average tax rate)
Adalah total pajak yang dibayarkan dibagi dengan pendapatan total.
Pembagian beban pajak dan pemerataan pajak
Pembagian beban pajak yaitu penelitian tentang siapa yang menanggung beban pajak dan hal ini merupakan hal penting dalam mengevalusai pemerataan pajak. Orang yang menanggung beban pajak tidak selalu, orang yang memperoleh tagihan pajak dari pemerintah. Karena pajak merubah permintaan dan penawaran pajak pun merubah harga keseimbangan. Akibatnya pajak mempengaruhi orang-orang selain mereka yang berdasarkan statuta benar-benar membayar pajak. Ketika mengevaluasi pemerataan vertikal dan horizontal pajak apapun, penting bagi kita untuk mempertimbangkan dampak-dampak tidak langsung ini.

BAB III
KESIMPULAN
A.     Eksternalitas adalah dampak-dampak tidak terkonpensasi dari tindakan seseorang terhadap kesejahteraan orang lain yang tidak terlibat.
Dari segi dampaknya ada dua yakni fosititif dan negatif
Dari segi transaksinya ada empat yakni
1.      Dampak produsen terhadap produsen
2.      Dampak produsen terhadap konsumen
3.      Dampak konsumen terhadap konsumen
4.      Dampak konsumen terhadap produsen
B.     Barang publik adalah barang-barang yang tidak bersifat ekskludabel dan rival
Sumber daya milik bersama adalah barang rival namun tidak ekskludabel
C.     Rancanagan sistem pajak memiliki dua target yaitu pemerataan dan efisien, untuk mencapai hal tersebut dilakukan dengan dua prinsip yaitu:
1.      Prinsip manfaat
2.      Prinsip kemampuan untuk membayar.











DAFTAR PUSTAKA
N. Gregory Mankiw, Euston Quah, dan Peter Wilson. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat
Paul A. Samuelson. William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: media global edukasi
Wikipedia/eksternalitas:geogle.com


[1] N. Gregory Mankiw, Euston Quah, dan Peter Wilson. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat. Hal 204
[2]Wikipedia/eksternalitas:geogle.com
[3] N. Gregory,dkk. Op. Cit. Hal 210
[4] Paul A. Samuelson. William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: media global edukasi. Hal 392.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar