Rabu, 13 November 2013

manajemen pengawasan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang ada dalam manajemen, atau dikenal dengan istilah controling, evaluating, appraising atau correcting. Didalam sebuah organisasi seringkali tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian, suatu anggaran yang berlebihan, dan kegiatan-kegiatan yang lain yang menyimpang dari rencana.
Suatu pengawasan itu karena penting adanya karena tanpa pengawasan yang baik tentunya tidak akan menghasilkan tujuan yang memuaskan, baik bagi suatu organisasinya itu maupun bagi para pekerja. Didalam suatu organisasipun pengawasan memiliki berbagai macam tipe-tipe dan tahap-tahap dalam suatu pengawasan.
Suatu organisasi juga memiliki nperancangan proses pengawasan, yang berguna untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan tersebut bejalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Dan selain itu juga menunjang setiap proses pengawasan yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
1.2.Rumusan Masalah
      Dalam makalah ini rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian pengawasan?
2.      Apa saja tipe-tipe pengawasan?
3.      Apa tahap-tahap dalam pengawasan?
4.      Mengapa pengawasan itu penting?
5.      Bagaimana perancangan proses pengawasan?
6.      bagaimana bidang-bidang pengawasan strategik?
7.      Bagaimana karakteristik pengawasan yang efektif?
8.      Bagaimana tekhnk dan metode pengawasan?



BAB II
PEMBAHASAN


1.      PENGERTIAN PENGAWASAN
      Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk ”menjamin” bahwa tujuan-tujaun organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat krgitan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian lainnya bahwa pengawasan ialah melakukan sesuatu terhadap orang-orang agar mereka menjalankan dengan baik tugas dipikulkan kepadanya.[1]
      Pengertian manajemen menurut beberapa ahli:
a.       Robert J. Mockler
Manajemen pengawasan adalah suatu usaha sitematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem imformasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan  standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan , serta mengambil tindakn koreksi yang diperlika untuk menjamin bahwa senua sumber daya perusahaan diperguanakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.[2]
b.      George R. Tery (2006:395)
Pengawasan adalah sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, yaitu mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasi pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
c.       Robbin (dalam sugandha, 1999:150)
Pengawasan adalah merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi.
d.      Kartonegoro (1998:163)
Pengawsan adalah proses melalui manajer berusaha memperoleh keyakinan bahwa manajer berusaha memperoleh keyakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaanya.

e.       Terry (dalam sujamto, 1986:17)
Pengawasan adalah untuk menetukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tindakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.
f.       Dale (dalam winardi, 2000:224)
Pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengnadung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
g.      Admosudirjo (dalam febriani, 2005:11)
Pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membamdingkan atau mengukur apa yang sedang atau yang sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
h.      Siagian (1990:107)
Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuia dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Kesimpulan dari defini diatas adalah bahwa pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem imformasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata denganstandar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.[3]

2.      TIPE-TIPE PENGAWASAN
      Ada tiga type dasar pengawasan yaitu:
a.       Pengawasan pendahuluan (feedforward control). Pengawsan pendahuluan atau sering disebut dengan steering controls. Dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
b.      Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control). Pengawasan ini sering disebut dengan pengawasan “ya-tidak”. Screening control atau “berhenti-terus”, dilakukan selama suatukegiatna berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan “double-check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksaan suatu kegiatan.
c.       Pengawasan umpan balik (feedback control). Pengawasan umpan balik juga dikenla dengan past-action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penentuan-penentuan serupa diterapkan untuk kegiatan serupa dimasa yang akan datang. pengawsan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Ketiga pengawasan tersebut sangant berguna bagi manajemen. Pengawasan pendahuluan dan berhenti terus cukup memadai untuk memungkinkan manajemen membuat tindakan koreksi dan tetap mencapai tujuan. Tetapi ada bebrapa faktr yang perlu dipertimbangkan disamping kedua keguanaan type pengawasan tersebut yaitu yang pertama biaya keduanya mahal. Kedua, banyak kegiatan yang tidak memungkinkan dirinya dimonitor secara terus menerus. Ketiga, pengawasan yang berlebihan akan menjadikan produktifitas berkurang. Oleh karena itu manajemen harus menggunakan sistem pengawasan yang paling sesuai dengan situasi tertentu.

3.      TAHAP-TAHAP DALAM PROSES PENGAWASAN
      Ada lima tahap yaitu sebagai berikut:
a.       Tahap penetapan standar. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil tujuan, sasaran, kuota, dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Bentuk standar ynag lebih khusus antara lain  target penjuaan, anggaran, bagian pasar (market share), marjin keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran produksi.
Tiga bentuk standar umum yaitu:
1)      Standar-standar phisik, meliputi kualitas barang atau jasa, sejumlah langganan, atau kwalitas produk
2)      Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya
3)      Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan harus diselesaikan.
                        Setiap tipe standar  tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk hasil yang dapat dihitung ada juga yang tidak dapat dihitung, akan tetapi keduanya memiliki peranan penting dalam proses pengawasan.
b.      Tahap penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan. Pengukuran dalam pelaksaan kegiatan harus tepat. Beberapa pertanyaan yang penting digunakan sebagai berikut : berapa kali (how often), pelaksanaan seharusnya diukur – setiap jam, harian, mingguan, bulanan? Dalam bentuk apa (what from) pengukuran akan dilakukan-lapran tertulis, infeksi visual, melalui telephone? Siapa (who) yang akan terlibat manajer, staf departemen? Pengukuran ini sebaiknya mudah dilaksakan dan tidak mahal, seta dapat diterangkan pada karyawan.
c.       Tahap pengukuran peaksanaan kegiatan. Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monotoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan. Yaitu: pengamatan, laporan-laporan baik lisan atau tertulis, metode-metode otomatis dan interfeksi, pengujian (test), atau dengan pengmbilan sempel.
d.      Tahap perbandingn pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan. Tahap kritis dari pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan ynag direncankan atau standar yang telah ditetapkan. Penyimpangan-penyimpangan juga harus dianalisa untuk menentukan kenapa standar tidak dicapai.
e.       Tahap pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan. Bila hasil analisa menunjukan perlunya tindakan ini harus diambil. Tidakan koreksi dapat diamabil dari berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.

4.      PENTINGNYA PENGAWASAN
      Ada beberapa faktor yang mem uwat pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi. Faktor-faktor itu ialah:
a.       Perubahan lingkungan organisasi. Perubahan terjadi secara terus menerus dan tak dapat dihindari sehingga dengan adanya pengawasan dapat mendeteksi perubahan-perubahan dan pengaruh pada barang dan jasa organisasi sehinggga mampu menghadapi tantangan atau dapat memanfaatkan perubahan-perubahan yang terjadi.
b.      Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin besar organisasi semakin besar organisasi memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis kegiatan didalamnya harus mendapat pengawasan yang efisien dan efektif.
c.       Kesalahan-kesalahan. Bila para bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat sederhana melakukan fungsi pengawasan.
d.      Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang.  Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berurang.satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahannya telah melakukan tugas-tugas ynag telah dilimpahkan kepadanya dengan mengimplementasikan sistem pengawasan.
5.      PERANCANGAN PROSES PENGAWASAN
      William H. Newman telah mengemukakan prosedur untuk penetapan sistem pengawasan. Pendekatanya terdiri atas lima langkah dasar yang dapat ditrapkan untuk semua tipe kegiatan pengawasan:
a.       Merumuskan hasil yang diinginkan.manajer harus merumuskan haasil yang akan dicapai sejelas mungkin. Tujuan yang dinyatakan kurang jelas seperti pengurangan biaya overhead atau meningkatkan pelayanan masyaeakat. Perlu lebih dijelaskan rumusannya seerto pengurangan biayanya 12% atau menyelesaikan keluhan konsumen selama tiga hari. Disamping itu, hasil yang diinginkan harus dihubungkan dengan indivdu yang bertanggung jawab atas pencapaiinnya.
b.      Menetapkan petunjuk (predictor) hasil. Tujuan pengawasan sebelum dan selama kegiatan dilaksanakan adalah agar manajer dapat mngatasi dan memperbaiki adanya penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan. Tugas penting manajer adalah merancang program pengawasan untuk menemukan sejumlah indikator-indikator yang terpercaya sebagai penunjuk apabila tindakan koreksi perlu diambil atau tidak. Newman telah mengidentifikasikan beberapa “early warning predictor” yang dapat membantu manajemen memperkirakan pakah hasil yang diinginkan tercapai atau tidak, yaitu:
1)      Pengukuran masukan. Perubahan dalam masukan pokok akan mengisyaratkan manajer untuk merubah atau mengambil tindakan koreksi perlu diambil atau tidak.
2)      Hasil-hasil pada tahap-tahap permulaan. Bila hasil dari tahap permulaan lebih baik atau jelek dari pada yang diperkirakan, maka perlu dilakukan penilaian kembali.
3)      Gejala-gejala (symptoms). Ini adalah tampaknya berhubungan dengan hasil akhir, tetapi tidak lansung mempengaruhinya.
4)      Perubahan dalam kondisi yang diasumsikan. Perkiraan mula-mula di dasarkan atas asumsi-asumsi dengan kondisi normal.
c.       Menetapkan standar penunjuk dan hasil. Ini merupakan bagian terpenting dalam perancangan proses pengawasan. Tanpa penetapan standar, manajer mungkin memberikan perhatian yang lebih terhadap penyimpangan kecil atau tidak bereaksi terhadap penyimpangan besar. Dan keadaan harus sesuai dengan keadaan tertentu.
d.      Menetapkan jarinagn inforamasi dan umpan balik. Jaringan kerja komunikasi dianggap baik bila aliran tidak hanya keatas tetapi juga kebawah kepada siapa yang harus mengambil tindakan koreksi. Disamping itu jaringan ini harus efisien untuk menyedikan informasi balik yang relevan kepada personalia kunci yang memerlukannya. Komunikasi pengawasan sering didasarkan pada prinsip “management by exception” menyarankan bahwa atasan hanya diberi informasi bila terjadi penyimpangan besar dari standar atau rencana.
e.       Menilai imformasi dan mengmbil tindakan koreksi. Yaitu perbandingan penunjuk dengan standar penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil, dan kemudian pengambilan tindakan.




6.      BIDANG-BIDANG PENGAWASAN STRATEGIK
      Agar manajer dapat merancang sistem pengawasan efektif, maka perlu diidentifikasikan bidang-bidang strategik satuan kerja atau organisasi. Bidang-bidang ini merupakan aspek-aspek satuan kerja atau organisasi yang harus berfungsi secara efektif agar keseluruhan organisasi meraih sukses. Bidang-bidang strategik biasanya menyangkut kegiatan-kegiatan utama organisasi seperti transaksi keuangan, hubungan manajer bawahan, dan oprasi-oprasi produksi. Peneapan bidang-bidang strategik akan membantu perumusan sitem pengawasan dan standar yang lebih terperinci bagi manajer-manajer tingkatan bawah.
      Disamping itu, penting juga untuk menentukan titik-titik kritis dalam sistem dimana monitoring dan pengumpulan imformasi harus dilakukan atau yang disebut titik pengawasan strategik. Metoda penentuannya adalah denagn menganalisa bidang-bidang oprasi dimana perubahan selalu terjadi dan pemusatan pada unsur-unsur paling vital dalam oprasi tertentu.
Alat Bantu Pengawasan Manajerial
      Ada dua tehknik yang terkenal yaitu:
a.       Manajement by Exception (MBE)
MBE atau prinsip pengecualian memungkinkan manajer mengarahkan perhatiannya pada bidang-bidang pengawasan yang paling kritis dan mempersilahkan para kaeryawan atau tingkat manajemen rendah untuk menangani variasi-variasi rutin.
b.      Manajement – Information system (MIS)
MIS memiliki peranan penting dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen perencanaan dan pengawasan dengan efektif. MIS dapat didefinisikan sebagai suatu metode formal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan oprasional organisasi dilakukan secara efektif. MIS adalah ssitem pengdaan, pemroesan, penyimpanan dan penyebaran imformasi yang direncankan agar keputusan-keputusan manajemen yang efektif dapat dibuat.
MIS dirancang melalui beberapa tahap utama yaitu:
1)      Tahap survei pendahuuan dan perumusan masalah
2)      Tahap desain konseptual
3)      Tahap desain terperinci
4)      Tahap implementasi akhir
Agar perancangan MIS berjalan efektif manajemen perlu memperhatikan 5 pedoman sebagai berikut ini:
1)      Mengikutsertakan pamakai unsur kedalam tim perancang
2)      Mempertimbangkan secara hati-hati biaya sistem
3)      Memperlakukan imformasi yang relevan dan terseleksi lebih dari pada pertimbangan kuantitas belaka.
4)      Pengujian pendahuluan sebelum diterapkan.
5)      Menyediakan latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi bagi para oprator dan pemakai sistem.
7.      KARAKTERISTIK PENGAWASAN YANG EFEKTIF
      Karakteristinya adalah sebagai berikut:
a.       Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang tidak akurat dapat menyebabkan organisasi mengmbu tindakan koreksi yang keliru atau menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
b.      Tepat waktu. Imformasi harus dikumpulkan, disampaikan, dan dievaluasi secepatnya bila ada kegiatan perbaikan yang harus dilakukan dengan segera.
c.       Obyektif dan menyeluruh. Imformasi harus mudah difahami dan bersifat obyektif serta lengkap.
d.       Terpusat pada titik-titik pengawasan strategis. Sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang dimana penyimpangan-penyimpangan dari standar yang paling sering terjadi atau atau yang akan mengakibtakan kerusakan yang paling fatal.
e.       Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan secara pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.
f.       Realistik secara organisasional. Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.
g.      Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengawsan harus terkoordinasi dengan airan kerja organisasi. Karena setiap proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan oprasi dan imformasi pengawasan harus sampai pada personalia yang memerlukannya.
h.      Fleksibel. Pengawasan  harus punya fleksibelitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.
i.        Bersifat sebagai petunjuk dan oprasional. Sistem pengawasan efektif harus menunjukan baik deteksi atau diviasi dari sitem standar tidakan koreksi apa yang harus diambil.
j.        Diterima para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.   

8.      TEHNIK DAN METODE PENGAWASAN.
      Metode pengawasan ada dua yaitu :
a.       Metode non kuantitatif
Adalah metode pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. Pada umumnya hal ini mengawasi secara keseluruhan performance organisasi, dan sebagian besar mangawasi performance para karyawan.
Teknik yang sering digunakan yaitu:
1)      Pengamatan
2)      Inspeksi teratur dan langsung
3)      Pelaporan lisan dan tertulis
4)      Evaluasi pelaksanaan
5)      Dikuasai antar manajer dan bawahantentang pelaksaan suatu kegiatan.
                        Sistem-sitem dan metode manajemen yang digunakan untuk tujuan pengawasan mencakup juga manajement by objektive (MBO), manajemen by exception, dan manajemen imformation system (SIM)
b.      Metode kuantitatif
Adalah untuk mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas keluaran. Metodenya terdiri dari:
1)      Metode anggaran seperti anggaran oprasi, anggraran pembelanjaan modal dan anggran lainnya.
2)      Audit, seperti internal audit, eksrernal audit, dan mnagement audit.
3)      Analisis break-even
4)      Analisa rasio
5)      Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti bagan gantt, program evaluation and review technique, dan critical path method.



BAB III
KESIMPULAN
A.    Bahwa pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem imformasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata denganstandar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
B.Tipe pengawasan yaitu pengawasan pendahuluan, pengawasan yang dialkukan bersamaan dengan pelaksana kegiatan, dan pengawasan umpan balik.
C.Tahap proses pengawasan yaitu tahap penetapan standar, tahap penentuan pengukuran pelaksana kegiatan, tahap perbandingan pelaksana dengan standarb dan analisa penyimpangan, dan tahap pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
D.    Pentingnya manajemen karena Perubahan lingkungan organisasi, Peningkatan kompleksitas organisasi, Kesalahan-kesalahan, Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang.
E.   Perancangan proses pengawasan yaitu, Merumuskan hasil yang diinginkan, Menetapkan petunjuk (predictor) hasil, Menetapkan standar penunjuk dan hasil, Menetapkan jarinagn inforamasi dan umpan balik, Menilai imformasi dan mengmbil tindakan koreksi.
F.   Bidang-bidang pengawasan strategik, Agar manajer dapat merancang sistem pengawasan efektif, maka perlu diidentifikasikan bidang-bidang strategik satuan kerja atau organisasi.
Alat Bantu Pengawasan Manajerial
      Ada dua tehknik yang terkenal yaitu:
A.    Manajement by Exception (MBE)
B.     Manajement – Information system (MIS)

MIS dirancang melalui beberapa tahap utama yaitu:
1)      Tahap survei pendahuuan dan perumusan masalah
2)      Tahap desain konseptual
3)      Tahap desain terperinci
4)      Tahap implementasi akhir
Agar perancangan MIS berjalan efektif manajemen perlu memperhatikan 5 pedoman sebagai berikut ini:
1)      Mengikutsertakan pamakai unsur kedalam tim perancang
2)      Mempertimbangkan secara hati-hati biaya sistem
3)      Memperlakukan imformasi yang relevan dan terseleksi lebih dari pada pertimbangan kuantitas belaka.
4)      Pengujian pendahuluan sebelum diterapkan.
5)      Menyediakan latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi bagi para oprator dan pemakai sistem.
A.    Karakteristik pengawasan yang efektif
      Karakteristinya adalah sebagai berikut, Akurat, Tepat waktu, Obyektif dan menyeluruh,Terpusat pada titik-titik pengawasan strategis, Realistik secara ekonomis, Realistik secara organisasional, Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, FleksibeL, Bersifat sebagai petunjuk dan oprasional, Diterima para anggota organisasi.
a.       Tehnik dan metode pengawasan.
      Metode pengawasan ada dua yaitu :
1.      Metode non kuantitatif
Adalah metode pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. Pada umumnya hal ini mengawasi secara keseluruhan performance organisasi, dan sebagian besar mangawasi performance para karyawan.
Teknik yang sering digunakan yaitu:
a.       Pengamatan
b.      Inspeksi teratur dan langsung
c.       Pelaporan lisan dan tertulis
d.      Evaluasi pelaksanaan
e.       Dikuasai antar manajer dan bawahan tentang pelaksaan suatu kegiatan.
                        Sistem-sitem dan metode manajemen yang digunakan untuk tujuan pengawasan mencakup juga manajement by objektive (MBO), manajemen by exception, dan manajemen imformation system (SIM).


2.      Metode kuantitatif
Adalah untuk mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas keluaran. Metodenya terdiri dari:
a.       Metode anggaran seperti anggaran oprasi, anggraran pembelanjaan modal dan anggran lainnya.
b.      Audit, seperti internal audit, eksrernal audit, dan mnagement audit.
c.       Analisis break-even
d.      Analisa rasio
e.       Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti bagan gantt, program evaluation and review technique, dan critical path method.
                                                     











DAFTAR PUSTAKA

D. GEORGE. Halsel .2003. Bagaiman memimpin dan mengawasi pegawai anda. Jakarta: rineka cipta.
Handoko. Hani , M.B.A. 1998.MANAJEMEN. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
                   http:// myth90.blogspot.com/2010/01/makalah pengawasan


[1] George D. Halsel .2003. Bagaiman memimpin dan mengawasi pegawai anda. Jakarta: rineka cipta. Hal:2
[2] Dr. T. Hani Handoko, M.B.A. 1998.MANAJEMEN. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta. Hal 361
[3] http:// myth90.blogspot.com/2010/01/makalah pengawasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar