BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pengawasan
merupakan salah satu fungsi yang ada dalam manajemen, atau dikenal dengan
istilah controling, evaluating, appraising atau correcting. Didalam
sebuah organisasi seringkali tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak
ditepatinya waktu penyelesaian, suatu anggaran yang berlebihan, dan
kegiatan-kegiatan yang lain yang menyimpang dari rencana.
Suatu
pengawasan itu karena penting adanya karena tanpa pengawasan yang baik tentunya
tidak akan menghasilkan tujuan yang memuaskan, baik bagi suatu organisasinya
itu maupun bagi para pekerja. Didalam suatu organisasipun pengawasan memiliki
berbagai macam tipe-tipe dan tahap-tahap dalam suatu pengawasan.
Suatu
organisasi juga memiliki nperancangan proses pengawasan, yang berguna untuk
merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan tersebut
bejalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Dan selain itu
juga menunjang setiap proses pengawasan yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
1.2.Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah pengertian pengawasan?
2. Apa saja tipe-tipe pengawasan?
3. Apa tahap-tahap dalam pengawasan?
4. Mengapa pengawasan itu penting?
5. Bagaimana perancangan proses pengawasan?
6. bagaimana bidang-bidang pengawasan
strategik?
7. Bagaimana karakteristik pengawasan yang
efektif?
8. Bagaimana tekhnk dan metode pengawasan?
BAB
II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
PENGAWASAN
Pengawasan
dapat didefinisikan sebagai proses untuk ”menjamin” bahwa tujuan-tujaun
organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat
krgitan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian lainnya bahwa pengawasan
ialah melakukan sesuatu terhadap orang-orang agar mereka menjalankan dengan
baik tugas dipikulkan kepadanya.[1]
Pengertian manajemen menurut beberapa
ahli:
a.
Robert
J. Mockler
Manajemen
pengawasan adalah suatu usaha sitematik untuk menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem imformasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan , serta mengambil tindakn koreksi yang diperlika
untuk menjamin bahwa senua sumber daya perusahaan diperguanakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.[2]
b.
George
R. Tery (2006:395)
Pengawasan
adalah sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, yaitu mengevaluasi
prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga
hasi pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
c.
Robbin
(dalam sugandha, 1999:150)
Pengawasan
adalah merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan
seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi.
d.
Kartonegoro
(1998:163)
Pengawsan
adalah proses melalui manajer berusaha memperoleh keyakinan bahwa manajer
berusaha memperoleh keyakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaanya.
e.
Terry
(dalam sujamto, 1986:17)
Pengawasan
adalah untuk menetukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya,
dan mengambil tindakan-tindakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar
hasilnya sesuai dengan rencana.
f.
Dale
(dalam winardi, 2000:224)
Pengawasan
tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan
mengawasi, tetapi juga mengnadung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga
mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
g.
Admosudirjo
(dalam febriani, 2005:11)
Pengawasan
adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membamdingkan atau mengukur apa yang
sedang atau yang sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau
rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
h.
Siagian
(1990:107)
Pengawasan
adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar supaya semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuia dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Kesimpulan
dari defini diatas adalah bahwa pengawasan merupakan suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,
merancang sistem imformasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata
denganstandar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.[3]
2. TIPE-TIPE
PENGAWASAN
Ada tiga type dasar pengawasan yaitu:
a.
Pengawasan
pendahuluan (feedforward control). Pengawsan pendahuluan atau sering
disebut dengan steering controls. Dirancang untuk mengantisipasi
masalah-masalah
atau
penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi
dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
b.
Pengawasan
yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control).
Pengawasan ini sering disebut dengan pengawasan “ya-tidak”. Screening
control atau “berhenti-terus”, dilakukan selama suatukegiatna berlangsung.
Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur
disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum
kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan
“double-check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksaan suatu kegiatan.
c.
Pengawasan
umpan balik (feedback control). Pengawasan umpan balik juga dikenla
dengan past-action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan
yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar
ditentukan, dan penentuan-penentuan serupa diterapkan untuk kegiatan serupa
dimasa yang akan datang. pengawsan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan
setelah kegiatan terjadi.
Ketiga
pengawasan tersebut sangant berguna bagi manajemen. Pengawasan pendahuluan dan
berhenti terus cukup memadai untuk memungkinkan manajemen membuat tindakan
koreksi dan tetap mencapai tujuan. Tetapi ada bebrapa faktr yang perlu
dipertimbangkan disamping kedua keguanaan type pengawasan tersebut yaitu yang
pertama biaya keduanya mahal. Kedua, banyak kegiatan yang tidak memungkinkan
dirinya dimonitor secara terus menerus. Ketiga, pengawasan yang berlebihan akan
menjadikan produktifitas berkurang. Oleh karena itu manajemen harus menggunakan
sistem pengawasan yang paling sesuai dengan situasi tertentu.
3. TAHAP-TAHAP
DALAM PROSES PENGAWASAN
Ada lima tahap yaitu sebagai berikut:
a.
Tahap penetapan standar.
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan
sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil tujuan, sasaran, kuota, dan
target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Bentuk standar ynag lebih
khusus antara lain target penjuaan,
anggaran, bagian pasar (market share), marjin keuntungan, keselamatan kerja dan
sasaran produksi.
Tiga
bentuk standar umum yaitu:
1)
Standar-standar
phisik, meliputi kualitas barang atau jasa, sejumlah langganan, atau kwalitas
produk
2)
Standar-standar
moneter, yang ditunjukan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya
penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya
3)
Standar-standar
waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan harus
diselesaikan.
Setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk hasil
yang dapat dihitung ada juga yang tidak dapat dihitung, akan tetapi keduanya
memiliki peranan penting dalam proses pengawasan.
b.
Tahap penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan.
Pengukuran dalam pelaksaan kegiatan harus tepat. Beberapa pertanyaan yang
penting digunakan sebagai berikut : berapa kali (how often), pelaksanaan
seharusnya diukur – setiap jam, harian, mingguan, bulanan? Dalam bentuk apa (what
from) pengukuran akan dilakukan-lapran tertulis, infeksi visual, melalui
telephone? Siapa (who) yang akan terlibat manajer, staf departemen?
Pengukuran ini sebaiknya mudah dilaksakan dan tidak mahal, seta dapat
diterangkan pada karyawan.
c.
Tahap pengukuran peaksanaan kegiatan.
Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monotoring ditentukan, pengukuran
pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus menerus. Ada
berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan. Yaitu: pengamatan, laporan-laporan
baik lisan atau tertulis, metode-metode otomatis dan interfeksi, pengujian
(test), atau dengan pengmbilan sempel.
d.
Tahap perbandingn pelaksanaan dengan standar dan
analisa penyimpangan. Tahap kritis dari
pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan ynag
direncankan atau standar yang telah ditetapkan. Penyimpangan-penyimpangan juga
harus dianalisa untuk menentukan kenapa standar tidak dicapai.
e.
Tahap pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
Bila hasil analisa menunjukan perlunya tindakan ini
harus diambil. Tidakan koreksi dapat diamabil dari berbagai bentuk. Standar
mungkin diubah, pelaksanaan diperaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.
4. PENTINGNYA
PENGAWASAN
Ada beberapa faktor yang mem uwat
pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi. Faktor-faktor itu ialah:
a.
Perubahan lingkungan organisasi. Perubahan
terjadi secara terus menerus dan tak dapat dihindari sehingga dengan adanya
pengawasan dapat mendeteksi perubahan-perubahan dan pengaruh pada barang dan jasa
organisasi sehinggga mampu menghadapi tantangan atau dapat memanfaatkan
perubahan-perubahan yang terjadi.
b.
Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin
besar organisasi semakin besar organisasi memerlukan pengawasan yang lebih
formal dan hati-hati. Berbagai jenis kegiatan didalamnya harus mendapat
pengawasan yang efisien dan efektif.
c.
Kesalahan-kesalahan. Bila
para bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat sederhana melakukan
fungsi pengawasan.
d.
Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang.
Bila
manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu
sendiri tidak berurang.satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah
bawahannya telah melakukan tugas-tugas ynag telah dilimpahkan kepadanya dengan
mengimplementasikan sistem pengawasan.
5. PERANCANGAN
PROSES PENGAWASAN
William H. Newman telah mengemukakan
prosedur untuk penetapan sistem pengawasan. Pendekatanya terdiri atas lima
langkah dasar yang dapat ditrapkan untuk semua tipe kegiatan pengawasan:
a.
Merumuskan
hasil yang diinginkan.manajer harus
merumuskan haasil yang akan dicapai sejelas mungkin. Tujuan yang dinyatakan
kurang jelas seperti pengurangan biaya overhead atau meningkatkan pelayanan
masyaeakat. Perlu lebih dijelaskan rumusannya seerto pengurangan biayanya 12%
atau menyelesaikan keluhan konsumen selama tiga hari. Disamping itu, hasil yang
diinginkan harus dihubungkan dengan indivdu yang bertanggung jawab atas
pencapaiinnya.
b.
Menetapkan
petunjuk (predictor) hasil. Tujuan pengawasan
sebelum dan selama kegiatan dilaksanakan adalah agar manajer dapat mngatasi dan
memperbaiki adanya penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan. Tugas penting
manajer adalah merancang program pengawasan untuk menemukan sejumlah
indikator-indikator yang terpercaya sebagai penunjuk apabila tindakan koreksi
perlu diambil atau tidak.
Newman
telah mengidentifikasikan beberapa “early warning predictor” yang dapat
membantu manajemen memperkirakan pakah hasil yang diinginkan tercapai atau
tidak, yaitu:
1)
Pengukuran
masukan. Perubahan dalam masukan pokok akan
mengisyaratkan manajer untuk merubah atau mengambil tindakan koreksi perlu
diambil atau tidak.
2)
Hasil-hasil
pada tahap-tahap permulaan. Bila hasil dari tahap
permulaan lebih baik atau jelek dari pada yang diperkirakan, maka perlu
dilakukan penilaian kembali.
3)
Gejala-gejala
(symptoms). Ini adalah tampaknya berhubungan dengan
hasil akhir, tetapi tidak lansung mempengaruhinya.
4)
Perubahan
dalam kondisi yang diasumsikan. Perkiraan mula-mula di
dasarkan atas asumsi-asumsi dengan kondisi normal.
c.
Menetapkan
standar penunjuk dan hasil. Ini merupakan bagian
terpenting dalam perancangan proses pengawasan. Tanpa penetapan standar,
manajer mungkin memberikan perhatian yang lebih terhadap penyimpangan kecil
atau tidak bereaksi terhadap penyimpangan besar. Dan keadaan harus sesuai
dengan keadaan tertentu.
d.
Menetapkan
jarinagn inforamasi dan umpan balik. Jaringan kerja
komunikasi dianggap baik bila aliran tidak hanya keatas tetapi juga kebawah
kepada siapa yang harus mengambil tindakan koreksi. Disamping itu jaringan ini
harus efisien untuk menyedikan informasi balik yang relevan kepada personalia
kunci yang memerlukannya. Komunikasi pengawasan sering didasarkan pada prinsip
“management by exception” menyarankan bahwa atasan hanya diberi informasi bila
terjadi penyimpangan besar dari standar atau rencana.
e.
Menilai
imformasi dan mengmbil tindakan koreksi.
Yaitu perbandingan penunjuk dengan standar penentuan apakah tindakan koreksi
perlu diambil, dan kemudian pengambilan tindakan.
6. BIDANG-BIDANG
PENGAWASAN STRATEGIK
Agar
manajer dapat merancang sistem pengawasan efektif, maka perlu diidentifikasikan
bidang-bidang strategik satuan kerja atau organisasi. Bidang-bidang ini
merupakan aspek-aspek satuan kerja atau organisasi yang harus berfungsi secara
efektif agar keseluruhan organisasi meraih sukses. Bidang-bidang strategik
biasanya menyangkut kegiatan-kegiatan utama organisasi seperti transaksi
keuangan, hubungan manajer bawahan, dan oprasi-oprasi produksi. Peneapan
bidang-bidang strategik akan membantu perumusan sitem pengawasan dan standar
yang lebih terperinci bagi manajer-manajer tingkatan bawah.
Disamping itu, penting juga untuk
menentukan titik-titik kritis dalam sistem dimana monitoring dan pengumpulan
imformasi harus dilakukan atau yang disebut titik pengawasan strategik. Metoda
penentuannya adalah denagn menganalisa bidang-bidang oprasi dimana perubahan
selalu terjadi dan pemusatan pada unsur-unsur paling vital dalam oprasi
tertentu.
Alat
Bantu Pengawasan Manajerial
Ada dua tehknik yang terkenal yaitu:
a.
Manajement
by Exception (MBE)
MBE
atau prinsip pengecualian memungkinkan manajer mengarahkan perhatiannya pada
bidang-bidang pengawasan yang paling kritis dan mempersilahkan para kaeryawan
atau tingkat manajemen rendah untuk menangani variasi-variasi rutin.
b.
Manajement
– Information system (MIS)
MIS
memiliki peranan penting dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen perencanaan
dan pengawasan dengan efektif. MIS dapat didefinisikan sebagai suatu metode
formal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan
dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan
memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan oprasional organisasi
dilakukan secara efektif. MIS adalah ssitem pengdaan, pemroesan, penyimpanan
dan penyebaran imformasi yang direncankan agar keputusan-keputusan manajemen
yang efektif dapat dibuat.
MIS
dirancang melalui beberapa tahap utama yaitu:
1)
Tahap
survei pendahuuan dan perumusan masalah
2)
Tahap
desain konseptual
3) Tahap desain terperinci
4)
Tahap
implementasi akhir
Agar
perancangan MIS berjalan efektif manajemen perlu memperhatikan 5 pedoman
sebagai berikut ini:
1)
Mengikutsertakan
pamakai unsur kedalam tim perancang
2)
Mempertimbangkan
secara hati-hati biaya sistem
3)
Memperlakukan
imformasi yang relevan dan terseleksi lebih dari pada pertimbangan kuantitas
belaka.
4)
Pengujian
pendahuluan sebelum diterapkan.
5)
Menyediakan
latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi bagi para oprator dan pemakai
sistem.
7. KARAKTERISTIK
PENGAWASAN YANG EFEKTIF
Karakteristinya adalah sebagai berikut:
a.
Akurat.
Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang tidak akurat
dapat menyebabkan organisasi mengmbu tindakan koreksi yang keliru atau
menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
b.
Tepat
waktu. Imformasi harus dikumpulkan, disampaikan, dan dievaluasi secepatnya bila
ada kegiatan perbaikan yang harus dilakukan dengan segera.
c.
Obyektif
dan menyeluruh. Imformasi harus mudah difahami dan bersifat obyektif serta
lengkap.
d.
Terpusat pada titik-titik pengawasan
strategis. Sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang
dimana penyimpangan-penyimpangan dari standar yang paling sering terjadi atau
atau yang akan mengakibtakan kerusakan yang paling fatal.
e.
Realistik
secara ekonomis. Biaya pelaksanaan secara pengawasan harus lebih rendah, atau
paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.
f.
Realistik
secara organisasional. Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan
kenyataan-kenyataan organisasi.
g.
Terkoordinasi
dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengawsan harus terkoordinasi dengan
airan kerja organisasi. Karena setiap proses pekerjaan dapat mempengaruhi
sukses atau kegagalan keseluruhan oprasi dan imformasi pengawasan harus sampai
pada personalia yang memerlukannya.
h.
Fleksibel.
Pengawasan harus punya fleksibelitas
untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari
lingkungan.
i.
Bersifat
sebagai petunjuk dan oprasional. Sistem pengawasan efektif harus menunjukan
baik deteksi atau diviasi dari sitem standar tidakan koreksi apa yang harus
diambil.
j.
Diterima
para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan
kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab
dan berprestasi.
8. TEHNIK
DAN METODE PENGAWASAN.
Metode pengawasan ada dua yaitu :
a.
Metode
non kuantitatif
Adalah
metode pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen. Pada umumnya hal ini mengawasi secara keseluruhan performance
organisasi, dan sebagian besar mangawasi performance para karyawan.
Teknik
yang sering digunakan yaitu:
1)
Pengamatan
2)
Inspeksi
teratur dan langsung
3)
Pelaporan
lisan dan tertulis
4)
Evaluasi
pelaksanaan
5)
Dikuasai
antar manajer dan bawahantentang pelaksaan suatu kegiatan.
Sistem-sitem dan metode manajemen yang
digunakan untuk tujuan pengawasan mencakup juga manajement by objektive (MBO),
manajemen by exception, dan manajemen imformation system (SIM)
b.
Metode
kuantitatif
Adalah
untuk mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas keluaran. Metodenya terdiri
dari:
1)
Metode
anggaran seperti anggaran oprasi, anggraran pembelanjaan modal dan anggran
lainnya.
2)
Audit,
seperti internal audit, eksrernal audit, dan mnagement audit.
3)
Analisis
break-even
4)
Analisa
rasio
5)
Bagan
dan teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti bagan
gantt, program evaluation and review technique, dan critical path method.
BAB
III
KESIMPULAN
A.
Bahwa
pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem imformasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata denganstandar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan.
B.Tipe pengawasan yaitu pengawasan
pendahuluan, pengawasan yang dialkukan bersamaan dengan pelaksana kegiatan, dan
pengawasan umpan balik.
C.Tahap proses pengawasan yaitu tahap
penetapan standar, tahap penentuan pengukuran pelaksana kegiatan, tahap
perbandingan pelaksana dengan standarb dan analisa penyimpangan, dan tahap
pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
D.
Pentingnya manajemen karena Perubahan lingkungan
organisasi, Peningkatan kompleksitas organisasi, Kesalahan-kesalahan, Kebutuhan
manager untuk mendelegasikan wewenang.
E.
Perancangan proses pengawasan yaitu, Merumuskan hasil yang diinginkan, Menetapkan
petunjuk (predictor) hasil, Menetapkan standar penunjuk dan hasil, Menetapkan
jarinagn inforamasi dan umpan balik, Menilai imformasi dan mengmbil tindakan
koreksi.
F.
Bidang-bidang
pengawasan strategik, Agar manajer dapat merancang sistem pengawasan efektif,
maka perlu diidentifikasikan bidang-bidang strategik satuan kerja atau
organisasi.
Alat
Bantu Pengawasan Manajerial
Ada dua tehknik yang terkenal yaitu:
A.
Manajement
by Exception (MBE)
B.
Manajement
– Information system (MIS)
MIS
dirancang melalui beberapa tahap utama yaitu:
1)
Tahap
survei pendahuuan dan perumusan masalah
2)
Tahap
desain konseptual
3)
Tahap
desain terperinci
4)
Tahap
implementasi akhir
Agar
perancangan MIS berjalan efektif manajemen perlu memperhatikan 5 pedoman
sebagai berikut ini:
1)
Mengikutsertakan
pamakai unsur kedalam tim perancang
2)
Mempertimbangkan
secara hati-hati biaya sistem
3)
Memperlakukan
imformasi yang relevan dan terseleksi lebih dari pada pertimbangan kuantitas
belaka.
4)
Pengujian
pendahuluan sebelum diterapkan.
5)
Menyediakan
latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi bagi para oprator dan pemakai
sistem.
A. Karakteristik pengawasan yang efektif
Karakteristinya adalah sebagai berikut,
Akurat, Tepat waktu, Obyektif dan menyeluruh,Terpusat pada titik-titik
pengawasan strategis, Realistik secara ekonomis, Realistik secara
organisasional, Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, FleksibeL,
Bersifat sebagai petunjuk dan oprasional, Diterima para anggota organisasi.
a. Tehnik dan metode pengawasan.
Metode pengawasan ada dua yaitu :
1.
Metode
non kuantitatif
Adalah
metode pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen. Pada umumnya hal ini mengawasi secara keseluruhan performance
organisasi, dan sebagian besar mangawasi performance para karyawan.
Teknik
yang sering digunakan yaitu:
a.
Pengamatan
b.
Inspeksi
teratur dan langsung
c.
Pelaporan
lisan dan tertulis
d.
Evaluasi
pelaksanaan
e.
Dikuasai
antar manajer dan bawahan tentang pelaksaan suatu kegiatan.
Sistem-sitem
dan metode manajemen yang digunakan untuk tujuan pengawasan mencakup juga
manajement by objektive (MBO), manajemen by exception, dan manajemen
imformation system (SIM).
2.
Metode
kuantitatif
Adalah
untuk mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas keluaran. Metodenya terdiri
dari:
a.
Metode
anggaran seperti anggaran oprasi, anggraran pembelanjaan modal dan anggran
lainnya.
b.
Audit,
seperti internal audit, eksrernal audit, dan mnagement audit.
c.
Analisis
break-even
d.
Analisa
rasio
e.
Bagan
dan teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti bagan
gantt, program evaluation and review technique, dan critical path method.
DAFTAR
PUSTAKA
D.
GEORGE. Halsel .2003. Bagaiman memimpin dan mengawasi pegawai anda.
Jakarta: rineka cipta.
Handoko.
Hani , M.B.A. 1998.MANAJEMEN. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
http://
myth90.blogspot.com/2010/01/makalah pengawasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar