Senin, 21 Oktober 2013

munasabah alquran


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar  belakang masalah
Dasar pemikiran adanya munasabah diantar ayat-ayat dan surat-surat dalam al-quran . asy-satibi menjelaskan bahwa satu surat dapat mengandung banyak masalah , namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu denagn yang lainnya . sehingga seseorang jangan hanya   mengarahkan pandangan pada awal surat  tetapi hendaknya memperhatikan akhir surat atau sebaliknya , karena apabila tidak demikian akan terabaikan maksud dari ayat-ayat yang diturunkan  itu.
Mengenaihubungan anatar suatu ayat atau surat denagn ayat atau surat sebelum atau sesudahnay sama pentingnya denganmengetahui asbabun nuzul . sebab mengetahui adanya hubungan antara ayat-ayat dan surat-suratitu dapat pula membantu untuk memahami denagn tepat ayat-ayat yang bersangkutan. Ilmu al-quran yang mengenai masalah ini disebut ilmu tanaasubil aayati was suaar ( munasabah ayat dan surat) ilmu ini dapat berperan menggantikan ilmu  asbabun nuzul , apabila tidak mengetahui adanya relevansi  ayt itu denagan ayat lainnya . sehingga timbullah suatu masalah dikalangan para ulama tentang mana yang lebih didahulukan antara mengetahui sebab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara ayat itu dengan ayat lain.
Disini saya akan membahas tentang munasabah al-qur’an yang kurang diperhatikan oleh para ulama dahulu ,ulama yang pertama menaruh perhatian tentang munasabah ini menurut asy-suyuti adalah syaikh abu bakar an-naisaburi.

2.      Rumusan masalah
1.      Apa pengertian dari munasabah, secara etimlogi maupun secara terminologi ?
2.      Mengapa munasabah dianggap penting dalam mempelajari al-qur’an ?
3.      Bagaiman cara untuk mengetahui adanya munasabah?
4.      Sebutkan dan jelaskan macam-macam munasabah.




BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian munasabah
Secara etimologi menurut asy-suyuti munasabah berarti al-musyakalah ( kesempatan ), al-muqarah (kedekatan), an-nasib (kerabat),dan istilah munasabah dalam bab qiyas yang berarti al-wasf al-muqarib li al-hukm( gambaran yang berhubungan dengan hukum ) dan diungkapkan pula dengan kata rabth ( pertalian)[1].
Adapun pengertian secara terminologi , menurut :
·         Az-zarkasyi
Munasabah adalah suatu hal yang dapat difahami tatkala dihadapkan pada suatu hal, pasti akal akan menerimanya
·          Manna al-qattan
Munasabah adalah sisi keterkaitan antara beberapa ungkapan dalam satu ayat antar ayat atau antar surat dalam al-qur’an.
·         Al-arabi
Adalah keterikatan ayat-ayat al-quran sehingga seolah-olah merupakan ungkapan yang mempunyai makna dan keteraturan redaksi.
·         Al-biqa’I
Munasabah adalah suatu ilmu dalam al-quran yang mencoba mengetahui alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian dalam al-quran baik ayat dengan ayat atau surat dengan surat[2]
Secara istilah ilmu munasabah adalah ilmu yang menerangkan korelasi atau hubungan antara ayat satu dengan ayat yang lain, baik ayat yang ada dibelakangnya atau ayat yang ada dimukanya. [3]



2.      Langkah-langkah mencari munasabah
Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat dalam al-quran diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. Asy-suyuti  menjelaskan langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk mencari munasabah , yaitu:
1.      Memperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian
2.      Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat
3.      Menentukan tingkatan uraian-uraian itu apakah ada hubungannya atau tidak
4.      Dalam mengambil kesimpulannya hendaklah memperhatikan ungkapan-ungkapan bahasanya dengan benar-benar dan tidak berlebihan .[4]
Kriteria ukuran untuk menetapakan ada atau tidaknya munasabah anatar ayat –ayat dan antara surat-surat adalah tamastul atau tasyabuh ( persamaan / persesuian) antara maudhu-maudhunya.
Apabila ayat-ayat atau surat-surat itu mengenai hal-hal yang ada kesamaan yang berhubungan ayat-ayat pemulaannyadenagn ayat-ayat penghabisannay maka terdapatlah munasabah  atau relevansi  antar ayat-ayat- atau surat-surat secara logis dan dapat diterima dan apabila mengenai ayat atau surat-surat yang berbeda0-nbeda sebab turunnya dan tentang hal-hal yang  tidak sama maka sudah tentu tidak ada munasabah antar ayat-ayat atau surat-surat.
Letak atau titik persesuian  natar ayat dan surat kadang-kadang tampak jelas dan kadang-kadang tidak tampak , jelasnya letak munasabah antar ayat-ayat tersebut sedikit kemungkinannya, sebaliknya terlihatnay dengan jelas letak munasabah antar surat-surat jarang sekali kemungkinannya . hal ini disebabkan karena pembicaraan mengenai suatu hal yang jarang bisa sempurna hanya denagn satu ayat saja , maka dari itu untuk mencari letak atau titik persesuaian antara ayat-ayat atau surat-surat harus dengan meneliti semua ayat dari awal hingga akhir surat[5].



3.      Macam- macam munasabah
1.      macam-macam sifat munasabah
·         persesuaian yang nyata/jelas ( dzaahirul irtibath)
yaitu yang persesuaian atau persambungan antar bagian al-quran yang satu dengan yang lain tampak jelas dan kuat. Karena kaitan kalimat yang satu dengan yang laintampak erat, sehingga yang satu tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna jika dipisahkan dengan kalimat yang lain.
·         Persambungan yang tidak jelas (khafiyatul irtibath) antar bagian al-quran dengan yang lain , sehingga tidak tampak adanya pertalian untuk keduanya. Bahkan seolah-olah masing-masing surat atau ayat berdiri sendiri-sendiri karena ayat yang satu itu di athofkan pada ayat yang lain atau karena yang satu bertentangan dengan yang lain . contohnya   hubungan ayat Q.S al-baqarah:189 yang berbunyi
* štRqè=t«ó¡o Ç`tã Ï'©#ÏdF{$# ( ö@è% }Ïd àMÏ%ºuqtB Ĩ$¨Y=Ï9 Ædkysø9$#ur 3 }§øŠs9ur ŽÉ9ø9$# br'Î/ (#qè?ù's? šVqãŠç6ø9$#
 `ÏB $ydÍqßgàß £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# Ç`tB 4s+¨?$# 3 (#qè?ù&ur šVqãç7ø9$# ô`ÏB $ygÎ/ºuqö/r& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# öNà6¯=yès9 šcqßsÎ=øÿè? ÇÊÑÒÈ  
189. mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya[116], akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

[116] Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka memasuki rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh Para sahabat kepada Rasulullah s.a.w., Maka diturunkanlah ayat ini.







 Dengan ayat 190
(#qè=ÏG»s%ur Îû È@Î6y «!$# tûïÏ%©!$# óOä3tRqè=ÏG»s)ムŸwur (#ÿrßtG÷ès? 4 žcÎ) ©!$# Ÿw =ÅsムšúïÏtG÷èßJø9$# ÇÊÒÉÈ  
190. dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.[6]
2. macam- macam materi munasabah
·         Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya
Berfungsi menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya.
Contoh Q.S al-fatihah ayat 1
ßôJysø9$# ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ  
2. segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].

kata alhamdulillah yang berkolerasi dengan  Q.S Al-baqarah :152
þÎTrãä.øŒ$$sù öNä.öä.øŒr& (#rãà6ô©$#ur Í< Ÿwur Èbrãàÿõ3s? ÇÊÎËÈ  
152. karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
[98] Maksudnya: aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.





dan Q.S Al-baqarah:186
#sŒÎ)ur y7s9r'y ÏŠ$t6Ïã ÓÍh_tã ÎoTÎ*sù ë=ƒÌs% ( Ü=Å_é& nouqôãyŠ Æí#¤$!$# #sŒÎ) Èb$tãyŠ ( (#qç6ÉftGó¡uŠù=sù
 Í< (#qãZÏB÷sãø9ur Î1 öNßg¯=yès9 šcrßä©ötƒ ÇÊÑÏÈ  



186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Ungkapan rabb al-alamin dalam surat al-fatihah berkolerasi dengan firman alloh Q.S al-baqarah: 21-22
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s%
 öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ   Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# $V©ºtÏù uä!$yJ¡¡9$#ur
 [ä!$oYÎ/ tAtRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ylt÷zr'sù ¾ÏmÎ/ z`ÏB ÏNºtyJ¨V9$# $]%øÍ öNä3©9
( Ÿxsù (#qè=yèøgrB ¬! #YŠ#yRr& öNçFRr&ur šcqßJn=÷ès? ÇËËÈ  
21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,




22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], Padahal kamu mengetahui.
[30] Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
·      Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya
Setiap surat mempunyai tema pembicaraan yang menonjol dan itu tercermin pada namanya masing-masing , seperti surat al-baqarah , surat yusuf , dan an-naml
·      munasabah antar bagian suatu ayat
munasabah antar bagian surat ayat sering berbentuk pola  munasabah at-tadhadat (perlawanan )seperti terlihat dalam surat al-hadid : 4
uqèd Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Îû Ïp­GÅ 5Q$­ƒr& §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸóyêø9$# 4
 ÞOn=÷ètƒ $tB ßkÎ=tƒ Îû ÇÚöF{$# $tBur ßlãøƒs $pk÷]ÏB $tBur ãAÍ\tƒ z`ÏB Ïä!$uK¡¡9$# $tBur ßlã÷ètƒ $pkŽÏù ( uqèdur
 óOä3yètB tûøïr& $tB öNçGYä. 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=uK÷ès? ׎ÅÁt/ ÇÍÈ  
4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy[1453] Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [1454]. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

[1453] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.



[1454] Yang dimaksud dengan yang naik kepada-Nya antara lain amal-amal dan do´a-do´a hamba.
Dianatra kata yaliju (masuk ) dan yakhruju (keluar) serta kata yanzilu (turun) dan kata ya’ruju (naik)terrdapat korelasi perlawanan.
·      Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan
Munasabah ini sering terlihat dengan  jelas, tetapi sering pula terlihat tidak jelas.munasabah antar ayat yang terlihat jelas umumnya menggunakan pola ta’kid ( penguat) , tafsir ( penjelas), I,tirad (bantahan) dan tasydid (penegasan )


Munasabah ayat yang terlihat jelas:
Munasabah antar ayat yang menggunakan pola ta’kid yaitu apabila salah satu ayat atau bagian ayat memperkuat makna ayat atau bagian ayat yang terletak disampingnya. contoh firman alloh surat al-fatihah:1-2
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÊÈ   ßôJysø9$# ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ  
Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÌÈ  


1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha     Penyayang[1].
2. segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Ungkapan  rabb al alamin pada ayat kedua memperkuat kata ar-rahman  dan ar-rahim pada ayat pertama.




Munasbah antar ayat yang menggunakan pola tafsir apabila makna satu ayat atau bagian ayat tertentu di tafsirkan oleh ayat atau bagian ayat disampingnya.
Contoh surat al-baqarah : 2-3
y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ
 tûïÏ%©!$# tbqãZÏB÷sムÍ=øtóø9$$Î/ tbqãKÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# $®ÿÊEur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZムÇÌÈ  
2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],
3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Ungkapan ash-shirath al-muttaqin dipertegas oleh ungkapan shirotolladzina….” Kedua ungkapan
[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12] Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
[13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
[14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud


yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.
[15] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
[16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.


Kata muttaqin pada ayat kedua ditafsirkan maknanya oleh ayat ketiga . orang yang bertakwa adalah orang yang mengimani hal-hal yang ghaib mengerjakn sholat dan seterusnya .
munasabah antar ayat menggunakan pola I’tirad apabila terdapat satu kalimat atau lebih yang tidak ada kedudukannya dalam I’tirad ( struktur kalimat) baik dipertengahan kalimat atau diantara dua kalimat yang berhubungan dengan maknanya.




Contoh QS an-nahl: 57
tbqè=yèøgsur ¬! ÏM»oYt7ø9$# ¼çmoY»ysö7ß   Nßgs9ur $¨B šcqåktJô±tƒ ÇÎÐÈ  
57. dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan[831]. Maha suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (Yaitu anak-anak laki-laki).
[831] Mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak perempuan Yaitu malaikat-malaikat karena mereka sangat benci kepada anak-anak perempuan sebagaimana tersebut dalam ayat berikutnya.
kata subhanahu pada ayat  diatas merupakan bentuk I’tirad dari dua ayat yang mengantarnya . kata itu merupakan bantahan bagi klaim orang-orang
kafir yang menetapkan anak perempuan bagi alloh.
Munasabah antar ayat menggunakan  pola tasydid apabila satu ayat atau bagian ayat mempertegas arti ayat yang terletak disampingnya. Contoh al-fatihah: 6-7
$tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ
  xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$# ÇÐÈ   
6. Tunjukilah[8] Kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]



Ungkapan ash-shirath al-muttaqin dipertegas oleh ungkapan shirotolladzina….” Kedua ungkapan yang saling memperkuat itu trkadang ditandai dengan huruf athof  (langsung) dan terkadang tidak pula diperkuat olehnya ( tidak langsung).
Munasabah yang tidak jelas dapat dilihat melalui qara’in ma’nawiyyah ( hubungan makna) yang terloihat dalam empat pola munasabah yaitu at-tanzir (perbandingan), al-mudadhat (perlawanan), istithrad (penjelasan lebih lanjut) , dan at-takhallush( perpindahan).
Munasabah yang berpola tanzir terlihat pada adanya perbandingan antar ayat-ayat yang berdampingan . contoh Q.S al-anfal: 4-5
y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uyŠ yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOƒÌŸ2 ÇÍÈ
  !$yJx. y7y_t÷zr& y7/u .`ÏB y7ÏG÷t/ Èd,ysø9$$Î/ ¨bÎ)ur $Z)ƒÌsù z`ÏiB tûüÏZÏB÷sßJø9$# tbqèd̍»s3s9 ÇÎÈ  
4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
5. sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran[596], Padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
pada ayat kelima , alloh memerintah rosulnya agar terus melakukan perintahnya , meskipun para shahabat tidak menyukainya. Pada ayat keemapat , alloh memerintahkannya agar keluar dari rumah untuk berperang. Munasabah antar kedua ayat tersebut terletak pada perbandingan antara ketidaksukaan para sahabat terhadap pembagian ghanimah yang dibagikan rosul dan ketidak sukaan mereka untuk


berperang .padahal sudah jelas  bahwa dalam kedua perbuatan itu terdapat keberuntungan , kemenangan, ghanimah, dan kejayaan islam.
 Munasabah yang berpolakan  al-mudhadat terlihat pada adanya perlawanan makna antara satu ayat dengan makna lain yang berdampingan. Contohnya surat al-baqarah : 6
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#rãxÿx. íä!#uqy óOÎgøŠn=tæ öNßgs?öxRr&uä ÷Pr& öNs9 öNèdöÉZè? Ÿw tbqãZÏB÷sムÇÏÈ  
6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
ayat ini berbicara tentang watak orang kafir dan sikap mereka terhadap peringatan, sedangkan ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang watak orang mukmin.
Munasabah yang berpolakan istithradh terlihat pada adanya penjelasan lebih lanjut dari satu ayat. Contoh surat al-a’raf: 26
ûÓÍ_t6»tƒ tPyŠ#uä ôs% $uZø9tRr& ö/ä3øn=tæ $U$t7Ï9 ͺuqムöNä3Ï?ºuäöqy $W±Íur ( â¨$t7Ï9ur
 3uqø)­G9$# y7Ï9ºsŒ ׎öyz 4 šÏ9ºsŒ ô`ÏB ÏM»tƒ#uä «!$# óOßg¯=yès9 tbr㍩.¤tƒ ÇËÏÈ 
26. Hai anak Adam[530], Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa[531] Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.



Ayat ini, menurut az-zamakhsyari , datang setelah pembicaraan tentang terbukanya aurat adam-hawa dan ditutupnay aurat tersebut dengan daun. Hubungan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa penciptaan pakaian berupa daun merupakan karunia allah , telanjang dan terbuka aurat merupakan suatu perbuatan yang sangat hina ,dan menutupnya merupakan bagian yang dari takwa.
Pola munasabah takhallush terlihat pada perpindahan dari awal pembicaraan pada maksud tertentu secara halus. Contohnya surat al-a’raf , mula-mula allah berbicara tentang para nabi dan umat terdahulu , kemudian tentang nabi musa dan para pengikutnya yang selanjutnya berkisah tentang nabi muhammad dan ummatnya.
·         Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat disampingnya.
Dalam surat al-baqarah :1-20 allah memulai penjelasannya tentang kebenaran dan fungsi al-qur’an abgi orang-orang yang bertakwa . dalam kelompok ayat berikutnya dibicarakan tentang tiga kelompok manusia dan sifat mereka yang berbeda-beda yaitu mukmin , kafir , dan munafik.
·         Munasabah antar fashilah ( pemisah) dan isi ayat
Munasabah ini mengandung tujuan tertentu yaitu menguatkan (tamkin) makna yang terkandung dalam suatu ayat . contoh surat al-ahzab : 25
¨Šuur ª!$# tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. öNÎgÏàøtóÎ/ óOs9 (#qä9$uZtƒ #ZŽöyz 4 s"x.ur ª!$# tûüÏZÏB÷sßJø9$# tA$tFÉ)ø9$# 4
 šc%x.ur ª!$# $ƒÈqs% #YƒÍtã ÇËÎÈ  
25. dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan [1209]. dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.



Dalam ayat ini, alloh menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan , bukan karena menganggapnya lemah , melainkan karena alloh mahakuat dan maha perkasa .  adanya fashilah diantaran kedua penggalan ayat diatas dimaksudkan agar pemahaman terhadap ayat tersebut menjadi lurus dan sempurna . tujuan lain dari fashilah adalah memberi penjelasan tambahan yang meskipun tanpa fashilah , makna ayat sudah jelas. Contohnya surat an-naml: 80
y7¨RÎ) Ÿw ßìÏJó¡è@ 4tAöqyJø9$# Ÿwur ßìÏJó¡è@ §MÁ9$# uä!%tæ$!$# #sŒÎ) (#öq©9ur tûï̍Î/ôãB ÇÑÉÈ    
80. Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang.
Kalimat idza wallau mudbirin merupakan penjelasan tambahan terhadap makna orang tuli.
·         Munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang sama.
Contohnya dalam surat al-qashas yang diawali dengan penjelasan perjuangan nabi musa ketika berhadapan dengan kekejaman fir’aun. Atas perintah dan pertolongan alloh , nabi musa berhasil keluar dari mesir setelah menghadapi berbagai tekanan . diawal surat ini dijelaskan bahwa nabi musa tidak akan menolong orang-orang kafir . pada akhir surat, alloh menyampaikan kabar gembira kepada nabi muhammad yang menghadapi
tekanan dari kaumnyadan janji alloh atas kemenangannya . munasabah disini terletak dari sisi kesamaan kondisi yang dihadapi oleh kedua nabi tersebut.
·         Munasabah antara penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya
Contohnya dalam surat al-hadid :1 yang dimulai dengan tasbih
yx¬7y ¬! $tB Îû ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( uqèdur âƒÍyèø9$# ãLìÅ3ptø:$# ÇÊÈ  


1. semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ayat ini ber-munasabah dengan akhir surat sebelumnya yaitu al-waqi’ah : 96, yang memerintahkan untuk bertasbih.
ôxÎm7|¡sù ËLôœ$$Î/ y7În/u ËLìÏàyèø9$# ÇÒÏÈ  
96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.
Contoh lain terdapat dalam permulaan surat al-baqarah ber-munasabah dengan akhir surat al-fatihah.[7]
4.      Urgensi dan manfaat mempelajari munasabah
Sebagaiman asbabun nuzul , munasabah sangat berperan penting dalm memahami al-qur’an .pengetahuan munasabah pun dapat membantah sebagian anggapan bahwa tema-tema al-qur’an kehilangan relevansi antar satu bagian dengan bagian yang lainnya.
Kegunaan mempelajari munasabah al-qur’an :
a.       Menemukan makna yang tersirat dalam susunan dan urutan dalam kalimat –kalimat, ayat-ayat, dan suart-surat dalam al-qur’an, sehingga bagian-bagian dari al-quran saling berhubungan dan tampak menjadi satu rangkaian yang utuh dan integral.
b.      Mempermudah pemahaman al-qur’an . misalnya suart al-fatihah: disambung dengan ayat 7 , antar keduanya punya hubungan penjelasan bahwa jalan yang lurus dimaksud adalah jalan orang-orang yang telah mendapat nikmat dari alloh swt.




c.       Memperkuat keyakinan akan kebenarannya sebagai wahyu dari alloh . meskipun al-quran terdiri dadri banyak ayat dan  diturunakan ditemapt dan kasus berbeda , namun dalam susunannya terdapat makna yang dalam berupa hubungan yang kuat anatara satu bagian dengan yang lain.
d.      Menolak tuduhan bahwa susunan al-qura. n kacau , misalnya tuduhan muncul karena penempatan surat al-fatihah pada awal mushaf sehingga surat inilah yang pertama turun  . padahal dalam sejarah , 5 ayat surat al-alaq yang pertama turun kepada nabi muhammad. Akan tetapi nabi meletakkan surat al-fatihah diawal mushaf yang kemudian disusul dengan surat al-baqarah . ternyata dalam urutan ini terdapat munasabah surat al-fatihah mengandung unsur-unsur pokok dari syari’at islam dan pada surta ini terdapat do’a manusia untuk memohon petunjuk ke jalan yang lurus kepada alloh. Surat al-baqarah diawali dengan petunjuk al-kitab sebagai pedoman menuju jalan yang lurus . dengan demikian surat al-fatihah merupakan titik bahasan yang akan diperinci pada surat berikutnya dengan menemukan munasabah tersebut. Susunan ayat-ayat dan surat-surat al-qur’an.[8]      












BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Munasabah menurut asy-syuyuti berarti kesempatan, kedekatan, kerabat, dan gambaran yang berhubungan dengan hukum.
2.      Munasabah yaitu menjelaskan korelasi makna antara ayat-ayat atau surat-surat baik korelasi bersifat umum atau khusus.
3.      Munasabah dianggap penting dalam memahami al-quran karena dengan adanya munasabah dapat membantai anggapan-anggapan yang keliru tentang al-qur’an.
4.      Munasabah dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu munasabah berdasarkan sifat dan materinya.
5.       Munasabah dapat digunakan untuk menemukan makna ,memperkuat keyakinan , dan menolak tuduhan .













 
DAFTAR PUSTAKA

Anwar ,rosihan. Ulumul qur’an . Bandung    : pusataka setia 2000
Munzir dkk, ilmu-ilmu al-qur’an . Lampung : pusikamla 2009
Syadali, ahmad dan rofi’I ahmad . ulumul qur’an 1. Bandung : pustaka setia 1997
Quthan, manna’ul. Pembahasan ilmu al-qur’an 2 . jakarta : rineka cipta 1995


[1] Munzir dkk, ilmu-ilmu al-qur’an. Lampung : pusikamla 2009, hlm 91
[2]  Rosihan anwar. Ulumul qur’an . bandung : pustaka setia 2000, hlm 84-86
[3]  Ahmad syadali, ahmad rofi’I .  ilmu al-qur’an 1. Bandung :pustka setia 1997, hlm 168
[4] Ibid , hlm 86
[5] Mana’ul qathan. Pembahasan ilmu al-quran 1 . jakarta: rineka cipta 1995 , hlm 104-105
[6] Munzir hlm 93
[7]  Rosihan ,hlm 86-100
[8] Munzir , hlm 97-98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar