INFLASI
KONVENSIONAL
1.
Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga yang bersifat umum dan
terus menerus.[1]
Inflasi menurut para ekonom modern adalah kenaikan yangmenyeluruh dari dari
jumlah uang yangharus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter)terhadap
barang-barang komoditas dan jasa.[2] Dari defenisi tersebut,
ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi
inflasi
·
Kenaikan Harga
·
Secara Umum
·
Terus Menerus[3]
1)
kenaikan harga
Harga barang dapat di katakana naik jika harganya menjadi
tinggi dari harga sebelumnya. Contohnya harga BBM yaitu Rp35,00/ltr pada mingu
lalu, sedangkan pada minggu ini harga BBM menjadi Rp45,00/ltr lebih mahal dari
minggu kemarin.
2)
Sifatnya umum
Kenaik harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi
jika naiknya barang tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum .
Contohnya : jika harga BBM naik maka ongkos angkutan umum,bahan-bahan pokok
menjadi naik ini baru bias disebut inflasi.
3)
Berlangsung terus-menerus
Naiknya harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi
jika naiknya barang tersebut terjadinya hanya sesaat, inflasi itu dilakukan
dalam rentang minimal bulanan[4].
2.
Faktor Munculnya Inflasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masalah sosial yang
muncul dari inflasi yaitu
a.
Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat.
b.
Memburuknya distribusi pendapatan, dan
c.
Terganggunya stabilitas ekonomi.[5]
Penjelasan secara rinci;
1) Menurunnya
Tingkat Kesejahteraan Rakyat
Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhana dapat di ukur
dengan tingkat daya beli pendapatan yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya
beli pendapatan makain rendah, khususnya bagi masyarakat rendah (kecil).
2) Makin
Buruknya Distribusi Pendapatan
Dampak buruk dari inflasi terhadap tingkat kesejahteraan
dapat dihindari jika pertumbuhan tingkat pendapat lebih tinggi dari inflasi.
3) Terganggunya
Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi adalah sangat kecilnya tindakan spekulasi
dalamperekonomian. Inflasi menggangu stabilitas ekonomi dengan merusak
perkiraan tentang masa depan (ekspetasi) para pelaku ekonomi.[6]
3.
Jenis-jenis Inflasi
Menurut tingkat keparahan tingakat inflasi yaitu sebagai
berikut
(1)
Inflasi ringan: Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10%
setahun. Masa ini dialami oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
(2)
Inflasi Sedang (moderat); Inflasi yang tingkatannya berada
diantara 10% - 30% setahun. Masa dialami oleh SBY, Soeharto,dan alm.Gusdur
(3)
Inflasi berat; Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30%
-100% setahun. Masa ini dialami oleh Ir.Soekarno, BJ.Habibi, dan Mega wati.
Lalu sebenarnya apa itu inflasi? Kalimat “to much
money chasingto few gods” mungkin dapat menggrafikannya. Menurut Paul A.Samuelson,
seperti sebuah penyakit, inflaasi dapat digolongkan menurut tingkat
keparahannya, yaitu seperti:
(1)
Moderet inflation
Karakterisnya adalah
kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai ‘inflasi satu
digit’. Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau memegang uang
dan menyimpankekayaan dalam bentuk uang daripada menyimpan dalam bentuk aset.
(2)
Galloping inflation
Inflasi pada tingkat ini
akan terjadi tingkatan20% hingga 200% pertahunnya. Pada tingkat inflasi orang
leboh memilih membeli dan menyimpat aset seperti rumah dan tanah, mereka
memegang uang hanya seperlunya. Olehkarena itu pasar uang mengalami pemyutan
dan pendanaan dialokasikan melalui cara selaindari tingkat bunga sertaorang
tidak memberikanpinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang lebih tinggi.
(3)
Hyper inflation
Inflasi ini terjadi pada
tingkatan yang paling tinggi yaitu jutaan sampai triliunan persen pertahun.
Walaupun terkadang ada pemerinthan yang tetap bertahan pada ekonominya, akan
tetapi tidak ada pemerintahan yang bertahan mengahadapi inflasi yang ketiga.[8]
4.
Faktor yang Mempengaruhi Inflasi
a. Inflasi
tekanan permintaan (Demand-Pull Inflation)
Inflasi
yang terjadi karena dominannya tekanan permintaan agregat. Tekanan permintaan
menyebabkan output bertam,bah, tetapi disertai inflasi, dilihat makin tingginya
tingkat harga umum.
b. Inflasi
dorongan biaya (Cost-Push inflation)
Inflasi
ini terjadi karena kenaikan biaya produksi. Biaya ini menyebabkan penawaran
agregat berkurang.[9]
Penyebab inflasi itu karena banyak permintaan pada biaya
produksi. Permintaan total yang berlebihan, sehingga terjadi perubhan pada
tingkat harga. Bertambahnya brang dan jasa juga bertmbah permintaan faktor
produksi.[10]
5. Cara
Mengatasi Inflasi
Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari
penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara
teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi
pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.
Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi
inflasi:
a)
Kebijakan Moneter, segala kebijakan pemerintah di bidang
moneter dengan tujuan menjaga kestabilan moneter untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan ini meliputi:
(a) Politik
diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku
bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan
berkurang.
(b) Operasi
pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI
(c) Menaikan
cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang
(d) Kredit
selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan
cara memperketat pemberian kredit
(e) Politik
sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan
BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan
pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1
b)
Kebijakan Fiskal, dapat dilakukan dengan cara:
a. Menaikkan
tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada
pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar.
b. Mengatur
penerimaan dan pengeluaran pemerintah
c. Mengadakan
pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10%
untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.
c)
Kebijakan Non Moneter, dapat dilakukan melalui:
a. Menaikan
hasil produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih
produktif dan menghasilkan output yang lebih banyak,
sehingga harga akan menjadi turun.
b. Kebijakan
upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan
upah disaat sedang inflasi.
c. Pengawasan
harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang-barang
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
A.Karim,Adiwarman.2011.Ekonomi
Makro Islam.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
Rahardja, Prathama, Mandala
Manurung.2008.Pengantar Ilmu ekonomi (Mikroekonomi dana makroekonomi).Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
http://taufieqhiedaeyat.blogspot.com/
[1]
Pratama raharja, Mandala manurung, pengantar ekonomi
(mikroekonomi-makroekonomi), (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas,2008)hlm 359
[2]
Ir. Adiwarman A.Karim S.E.,M.B.A.,M.A.E.P.,Ekonomi Mkakro
Islam,(Jakarta:PT.Raja Grafindo,2011) hlm 135
[3]
Pratama rahrja, op.cit hlm 359
[4]
http://taufieqhiedaeyat.blogspot.com/
[5]Pratama
raharja, op.cit hlm371-372
[6]
Ibid, hlm 371-372
[7]
Taufiqhidayat.blogspot, op.cit
[8]
Ir.Adiwarman, op.cit hlm 137-138
[9] Prathama
rharja,op.cit hlm 365
[10]
Taufiqhidayat.blogspot, opcit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar