Sabtu, 19 Oktober 2013

Makalah Ekonomi Makro INFLASI kONVENSIONAL


INFLASI KONVENSIONAL

1.      Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga yang bersifat umum dan terus menerus.[1] Inflasi menurut para ekonom modern adalah kenaikan yangmenyeluruh dari dari jumlah uang yangharus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter)terhadap barang-barang komoditas dan jasa.[2] Dari defenisi tersebut, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi
·         Kenaikan Harga
·         Secara Umum
·         Terus Menerus[3]

1)      kenaikan harga
Harga barang dapat di katakana naik jika harganya menjadi tinggi dari harga sebelumnya. Contohnya harga BBM yaitu Rp35,00/ltr pada mingu lalu, sedangkan pada minggu ini harga BBM menjadi Rp45,00/ltr lebih mahal dari minggu kemarin.

2)       Sifatnya umum
Kenaik harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi jika naiknya barang tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum . Contohnya : jika harga BBM naik maka ongkos angkutan umum,bahan-bahan pokok menjadi naik ini baru bias disebut inflasi.

3)      Berlangsung terus-menerus
Naiknya harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi jika naiknya barang tersebut terjadinya hanya sesaat, inflasi itu dilakukan dalam rentang minimal bulanan[4].

2.      Faktor Munculnya Inflasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masalah sosial yang muncul dari inflasi yaitu
a.       Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat.
b.      Memburuknya distribusi pendapatan, dan
c.       Terganggunya stabilitas ekonomi.[5]
Penjelasan secara rinci;
1)      Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat
Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhana dapat di ukur dengan tingkat daya beli pendapatan yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli pendapatan makain rendah, khususnya bagi masyarakat rendah (kecil).

2)      Makin Buruknya Distribusi Pendapatan
Dampak buruk dari inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat dihindari jika pertumbuhan tingkat pendapat lebih tinggi dari inflasi.

3)      Terganggunya Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi adalah sangat kecilnya tindakan spekulasi dalamperekonomian. Inflasi menggangu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan tentang masa depan (ekspetasi) para pelaku ekonomi.[6]
3.      Jenis-jenis Inflasi
Menurut tingkat keparahan tingakat inflasi yaitu sebagai berikut

(1)   Inflasi ringan: Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun. Masa ini dialami oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
(2)   Inflasi Sedang (moderat); Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun. Masa dialami oleh SBY, Soeharto,dan  alm.Gusdur
(3)   Inflasi berat; Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% -100% setahun. Masa ini dialami oleh Ir.Soekarno, BJ.Habibi, dan Mega wati.
(4)   Hiper Inflasi; inflasiini sudah melebihi dari 100%, terjadi pada [7]

Lalu sebenarnya apa itu inflasi? Kalimat “to much money chasingto few gods” mungkin dapat menggrafikannya. Menurut Paul A.Samuelson, seperti sebuah penyakit, inflaasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu seperti:
(1)   Moderet inflation
Karakterisnya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai ‘inflasi satu digit’. Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau memegang uang dan menyimpankekayaan dalam bentuk uang daripada menyimpan dalam bentuk aset.
(2)   Galloping inflation
Inflasi pada tingkat ini akan terjadi tingkatan20% hingga 200% pertahunnya. Pada tingkat inflasi orang leboh memilih membeli dan menyimpat aset seperti rumah dan tanah, mereka memegang uang hanya seperlunya. Olehkarena itu pasar uang mengalami pemyutan dan pendanaan dialokasikan melalui cara selaindari tingkat bunga sertaorang tidak memberikanpinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang lebih tinggi.
(3)   Hyper inflation
Inflasi ini terjadi pada tingkatan yang paling tinggi yaitu jutaan sampai triliunan persen pertahun. Walaupun terkadang ada pemerinthan yang tetap bertahan pada ekonominya, akan tetapi tidak ada pemerintahan yang bertahan mengahadapi inflasi yang ketiga.[8]

4.      Faktor yang Mempengaruhi Inflasi
a.       Inflasi tekanan permintaan (Demand-Pull Inflation)
Inflasi yang terjadi karena dominannya tekanan permintaan agregat. Tekanan permintaan menyebabkan output bertam,bah, tetapi disertai inflasi, dilihat makin tingginya tingkat harga umum.
b.      Inflasi dorongan biaya (Cost-Push inflation)
Inflasi ini terjadi karena kenaikan biaya produksi. Biaya ini menyebabkan penawaran agregat berkurang.[9]

Penyebab inflasi itu karena banyak permintaan pada biaya produksi. Permintaan total yang berlebihan, sehingga terjadi perubhan pada tingkat harga. Bertambahnya brang dan jasa juga bertmbah permintaan faktor produksi.[10]

5.      Cara Mengatasi Inflasi
Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.
Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:

a)      Kebijakan Moneter, segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga     kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan ini meliputi:
(a)    Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku     bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang.
(b)   Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI
(c)    Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang
(d)   Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara     memperketat pemberian kredit
(e)    Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada     tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1

b)      Kebijakan Fiskal, dapat dilakukan dengan cara:
a.     Menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada     pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
b.    Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
c.     Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10%     untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.

c)      Kebijakan Non Moneter, dapat dilakukan melalui:
a.       Menaikan hasil produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih produktif     dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi turun.
b.      Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan     upah disaat sedang inflasi.
c.       Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang-barang tertentu.






















DAFTAR PUSTAKA

A.Karim,Adiwarman.2011.Ekonomi Makro Islam.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
Rahardja, Prathama, Mandala Manurung.2008.Pengantar Ilmu ekonomi (Mikroekonomi dana makroekonomi).Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
http://taufieqhiedaeyat.blogspot.com/



[1] Pratama raharja, Mandala manurung, pengantar ekonomi (mikroekonomi-makroekonomi), (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas,2008)hlm 359
[2] Ir. Adiwarman A.Karim S.E.,M.B.A.,M.A.E.P.,Ekonomi Mkakro Islam,(Jakarta:PT.Raja Grafindo,2011) hlm 135
[3] Pratama rahrja, op.cit  hlm 359
[4] http://taufieqhiedaeyat.blogspot.com/

[5]Pratama raharja, op.cit hlm371-372
[6] Ibid, hlm 371-372
[7] Taufiqhidayat.blogspot, op.cit
[8] Ir.Adiwarman, op.cit hlm 137-138

[9] Prathama rharja,op.cit hlm 365
[10] Taufiqhidayat.blogspot, opcit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar